Allah
SWT telah menjamin rezeki untuk setiap makhluk-Nya. Tiada suatu binatang
melatapun yang tidak mendapat jaminan rezeki dari-Nya (QS. Huud [11]: 6).
Manusia pun telah dijamin rezekinya oleh Allah SWT asal ia mau berusaha, karena
sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu
mau merubahnya sendiri.
Banyak
sekali ayat-ayat al-Quran dan hadits Nabi Saw yang selalu mendorong agar
manusia memiliki semangat dalam mencari karunia (rezeki) Allah SWT itu. Alah
SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka
bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat
sedikitlah kamu bersyukur” (QS. Al-A’raf [7]:
10).
Pada
suatu ketika Rasulullah Saw sedang duduk-duduk dengan para sahabat, tiba-tiba
tampaklah di sana seseorang yang masih muda yang amat kuat dan tubuhnya kekar.
Pagi-pagi ia telah berangkat bekerja dengan penuh semangat. Para sahabat
berkata, “Kasihan sekali pemuda ini, andaikata usianya yang masih muda dan
tenaga yang masih kuat itu dia pergunakan untuk berjuang fi sabilillah,
alangkahbaiknya“. Mendengar
ucapan sahabat itu, Rasulullah lantas berkata, “Janganlah kamu berkata
seperti itu, sebab orang itu kalau keluarnya tadi dari rumah untuk bekerja guna
mengusahakan kehidupan anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha di
jalan Allah. Jikalau ia bekerja untuk dirinya sendiri agar ia tidak sampai
meminta-meminta pada orang lain, itu pun dijalan Allah. Tetapi apabila ia
bekerja karena untuk berpamer atau untuk bermegah-megah, maka itulah fi
sabilisysyaithan atau karena kamu mengikut jalan syaitan.” (HR. Thabrani).
Sebagaimana
hadits di atas menguraikan dan tampak bahwa mencari rezeki itu ada yang
termasuk kategori fisabilillah ada juga yang fisabilisysyaithan. Kedua jalan
itu jelas bertentangan. Jalan yang pertama jelas membuahkan keberkahan dan
kebahagiaan. Sedang jalan kedua akan membuahkan kecelakaan dan kesengsaraan. Tetapi
namanya manusia, terkadang ia terbius dan tergila-gila dengan keindahan materi
dunia, sehingga ia memilih jalan syaithan. Sebab menurutnya melalui jalan Allah
(jalan yang lurus) tidak akan mendapatkan materi yang banyak. Maka dilaluilah
jalan syaithan, yakni segala cara ditempuhnya dengan tidak mempertimbangkan
halal atau haram.
Sebagai
orang yang beriman haruslah kita yakin bahwa hanya dengan melalui jalan yang benar
sajalah akan didapat rezeki yang berkah. Hal ini seperti ditegaskan Allah SWT
dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman kepada para malaikat yang
diserahi tugas urusan rezeki Bani Adam, “hamba mana pun yang kalian dapati
yang cita-citanya hanya satu (yaitu semata-mata untuk akhirat, jaminlah
rezekinya di langit dan di bumi. Dan hamba manapun yang kalian dapati mencari
rezeki dengan jujur karena berhati-hati mencari keadilan, berilah ia rezeki
yang baik dan mudahkanlah baginya. Dan jika ia telah melampaui batas kepada
selain itu, biarkanlah dia sendiri mengusahakan apa yang dikehendakinya.
Kemudian dia tidak akan mencapai lebih dari apa yang telah Aku tetapkan
untuknya“. (HR. Abu Naim dari Abu Hurairah).
Maka
dari itu hendaknya kita mencari rezeki harus mengikuti akhlak yang telah diajarkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Yaitu:
Niat yang Benar
Rasulullah
Saw bersabda, “Seluruh amal tergantung pada niatnya“. Sebagai seorang
muslim dalam melakukan seluruh aktifitas termasuk mencari rezeki hendaknya
secara ikhlas, yakni semata-mata karena Allah SWT. Harus disadari bahwa yang
dilihat oleh Allah SWT adalah bagaimana kita melakukan aktifitas mencari
rezeki, bukan seberapa banyak rezeki yang kita dapat dari suatu aktifitas yang
kita lakukan.
Tidak Menzhalimi
Seorang
muslim yang niatnya benar, yaitu karena dan untuk Allah SWT, maka ia pantang
bekerja dengan menzhalimi orang lain. Betapa banyak orang yang tega menohok
teman karena persaingan bisnis.Banyak
orang rela pergi ke dukun (dan sejenisnya) hanya untuk mengalahkan saingannya.
Banyak orang yang dengan tega memungut dan memeras bawahanyang lemah tanpa
alasan yang jelas. Demikian adajuga orang yang mengharuskan orang lain untuk
memberikan uang pelicin (suap) agar ia dapat diterima kerja atau agar
masalahnya cepat selesai dan lain-lain.
Bersyukur
Setelah rezeki (harta benda) ada ditangan,
seseorang harus yakin bahwa semuanya itu hanyalah semata-mata anugerah Allah
SWT, bahkan hakekatnya itu semua hanyalah milik Allah SWT. Sedangkan ia hanya
dititipi saja. Maka dari itu ia wajib bersyukur, yaitu dengan mengakui bahwa
semua itu adalah dari-Nya dan milik-Nya, dan tugasnya adalah mendayagunakan
rezeki-rezeki tersebut untuk tujuan-tujuan usaha yang diridhai Allah SWT.
Termasuk diantaranya berbagi kepada sesama, khususnya kepada orang-orang yang
diwajibkan kepada pemilik rezeki untuk mengeluarkan sebagian rezekinya untuk
mereka.