1. Mukidi milih jadi tentara
Bu Guru : “Anak-anak. Siapa yang mau masuk
surga?”
Anak-anak : (Dengan serempak menjawab “Sayaa….!!”)
Mukidi : (Lagi duduk dibelakang hanya diam
saja).
Bu Guru : “Siapa yang mau masuk neraka?”
Anak-anak : “Tidak mauu……!!!!!”
Mukidi : (Tetap diam saja).
Bu guru : Melihat Mukidi hanya diam dan tidak menjawab, lalu Bu
Guru mendekati
Mukidi…dan bertanya: “Mukidi,
kamu mau masuk surga atau neraka..!!??
Mukidi :
“Tidak kedua-duanya Bu Guru.”
Bu Guru : “Kenapa?”
Mukidi : “Habis waktu ayah saya mau meninggal,
beliau berpesan. “Mukidi, apapun yang
terjadi kamu harus masuk TENTARA”.
2. Mukidi membantu nenek
Mukidi : “Bisa saya
bantu nek?”
Nenek : “Tolong
pasangin perangko sama tulis alamatnya nak.”
Mukidi : “Ada lagi
nek?”
Nenek : “Bisa bantuin
tulis isi suratnya sekalian?”
Mukidi : (Mengangguk).
(Si mbah lalu
mendiktekan surat sampai selesai).
Mukidi : “Cukup nek?”
Nenek : “Satu lagi nak.
Tolong di bawah ditulis, maaf tulisan nenek jelek.”
Pada suatu hari didalam kelas, Pak Guru agama sedang memberi
pelajaran kepada murid-muridnya, termasuk Wakijan teman Mukidi yang bandelnya
minta amfuuun. Kemudian Pak guru ingin
mengetes murid-muridnya.
Pak guru : “Eeeh kamu Wakijan, sholat Subuh ada berapa
rakaat?”
Wakijan : “4 rakaat, Pak guru….!”
Pak guru : Karena tidak
bisa menjawab dengan benar, kemudian Pak Guru
menyuruhnya pulang sekolah, disuruh mencari jawaban yang benar. Namun
ditengah perjalanan Wakijan bertemu Mukidi sahabat karibnya.
Wakijan: “Eeeh Mukidi
gue mau nanyak, nih ?! Menurut kamu sholat subuh ada berapa rakaat, siih ?”
Mukidi: “Ya 2 rakaat
lah.”
Wakijan: “Wah…. payah loe,
mendingan loe pulang deh…..belajar lagi…???!!!!”
Mukidi: “Emangnya…
kenapa….???”
Wakijan: “Noh, gue aja
sudah bilang 4 rakaat pada Pak guru, masih
salah, ..apalagi 2?”
4. Mukidi bikin kondom
Di ruang operasi rumah
sakit, seorang dokter bedah melihat Mukidi yang akan dioperasi kelihatan
gelisah. Untuk menenangkannya, Mukidi diajak bercanda.
Dokter: “Bapak tau
cara membuat sarung tangan karet yang sedang saya pakai ini?”
Mukidi: “Tidak dok.”
(Sambil memberi isyarat dengan tangannya).
Dokter: “Begini Pak.
Karet mentah direbus sampai meleleh lalu pegawai pabrik rame2 mencelupkan
tangan ke dalam cairan karet itu. Setelah itu tangan segera diangkat untuk
diangin-anginkan. Tak lama kemudian jadilah sarung tangan seperti ini.”
Mukidi: (Tersenyum mendengar
penjelasan sang dokter).
(Beberapa saat
kemudian ).
Mukidi: (Tertawa
terpingkal-pingkal).
Dokter: (Heran)
“Mengapa Anda tertawa seperti itu?”
Mukidi: “Dengar cerita
dokter tadi, saya lalu membayangkan bagaimana cara membuat kondom.”
Dokter: (Bengong)…lalu
menjawab: “Yaa…… kayak gitu…!!!!
(Haaa….haa…haaaa).
Suatu hari Markonah,
istri Mukidi bercerita pada suaminya.
Markonah: “Mas tadi
waktu aku buka BH di depan kaca yang dipinggir jendela. Eh.....ngga tahunya ada
cowok ganteng lihatin aku terus.”
Mukidi : “Terus apa
yang kamu lakukan?”
Markonah: “Aku malu
banget mas, lalu aku tutupin aja muka aku pake BH !!!??.”
Mukidi : “Dasar dodol,
loe !!”
Markonah: “Bukan dodol
Mas. Tapi aku malu.”