HIJRAH DI ZAMAN...NOW !!
Istilah “hijrah” menjadi lebih populer dizaman ini. Hijrah yang dimaksudkan yaitu mulai kembali kepada kehidupan
beragama, berusaha mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan berusaha
menjadi lebih baik, karena sebelumnya tidak terlalu peduli atau sangat tidak
peduli dengan aturan agama. Istilah ini dibenarkan, karena Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang
yang meninggalkan larangan Allah dan kembali kepada Allah dan agamanya.
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻣَﻦْ ﻫَﺠَﺮَ ﻣَﺎ ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪ
”Dan Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan
larangan Allah”.
Sangat membuat kita sedih, ketika ada sebagian saudara kita yang
“hijrahnya gagal” yaitu tidak istiqamah di atas agama, kembali lagi ke dunia
kelamnya yang dahulu dan kembali melanggar larangan Allah.
Berikut kiat-kiat agar “hijrah tidak gagal” dan dapat istiqamah di jalan
agama:
1. Berniat ikhlas ketika hijrah
Hijrah bukan karena tendensi dunia atau kepentingan dunia tetapi ikhlas
karena Allah. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya
dan sesuai dengan niat hijrahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ
ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ . ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ
ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﻟِﺪُﻧْﻴَﺎ
ﻳُﺼِﻴْﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan
mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya
kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan
barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan
wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.”
Bahkan kita tetap harus meluruskan niat ketika telah hijrah agar tetap
istiqamah, karena yang namanya hati sering berubah-ubah dan mudah berubah
niatnya. Niat dan ikhlas adalah perkara yang berat untuk dijaga agar istiqamah
dan sangat membutuhkan pertolongan Allah.
2. Segera mencari lingkungan yang baik dan sahabat yang
shalih
Ini adalah salah satu kunci utama sukses hijrah, yaitu memiliki teman
dan sahabat yang membantu untuk dekat kepada Allah dan saling menasehati serta
saling mengingatkan. Hendaknya kita selalu berkumpul bersama sahabat yang
shalih dan baik akhlaknya.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” (QS. At-Taubah: 119).
Agama seseorang itu sebagaimana agama teman dan sahabatnya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ
كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ
الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ
يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang
jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika
engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau
minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak
mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya
yang tidak enak.”
Perlu diperhatikan bahwa hati manusia lemah, apalagi ketika sendiri.
Perlu dukungan, saling menasehati antar sesama. Selevel Nabi Musa ‘alaihissalam
saja memohon kepada Allah agar mempunyai teman seperjuangan yang bisa
membantunya dan membenarkan perkataannya, yaitu Nabi Harun ‘alaihissalam.
Beliau berkata dalam Al-Quran,
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَاناً
فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءاً يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ
“Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah
dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya
aku khawatir mereka akan mendustakanku” (QS. Al-Qashash: 34).
Mereka yang “gagal hijrah” bisa jadi disebabkan karena masih sering
berkumpul dan bersahabat dekat dengan teman-teman yang banyak melanggar
larangan Allah.
3. Menguatkan fondasi dasar tauhid dan akidah
yang kuat dengan mengilmui dan memahami makna syahadat dengan baik dan benar
Syahadat adalah dasar dalam agama. Kalimat ini tidak sekedar diucapkan
akan tetapi kalimat ini mengandung makna yang sangat mendalam dan perlu
dipelajari lebih mendalam. Allah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa kalimat
syahadat akan meneguhkan seorang muslim untuk kehidupan dunia dan akhirat jika
benar-benar mengilmui dan mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman,
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ
الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ
الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan
orang-orang yang lalim dan Allah memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS.
Ibrahim: 27).
Maksud dari “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan
yang teguh…” sebagaimana dalam hadits berikut.
الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِى الْقَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ (
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ
“Jika seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa
tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, maka inilah tafsir ayat: ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat’” (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya
Tentu saja, karena Al-Quran adalah petunjuk bagi kehidupan di dunia agar
selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana seseorang yang hendak pergi ke suatu
tempat, tentu perlu petunjuk dan arahan berupa peta dan penunjuk jalan
semisalnya. Jika tidak menggunakan peta dan tidak ada orang yang memberi
petunjuk, tentu akan tersesat dan tidak akan sampai ke tempat tujuan. Apalagi
ternyata ia tidak tahu bagaimana cara membaca peta, tidak tahu cara menggunakan
petunjuk yang ada serta tidak ada penunjuk jalan, tentu tidak akan sampai dan
selamat.
Allah menurunkan Al-Quran untuk meneguhkan hati orang yang beriman dan
sebagai petunjuk. Membacanya juga dapat memberikan kekuatan serta kemudahan
dalam beramal shalih dan berakhlak mulia dengan izin Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ
لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Rabbmu
dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)’” (QS. An-Nahl: 102).
Allah Ta’ala juga berfirman,
هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman”
(QS. Fushilat: 44).
5. Berusaha tetap terus beramal walaupun
sedikit
Ini adalah kuncinya, yaitu tetap beramal sebagai buah ilmu. Amal adalah
tujuan kita berilmu, bukan sekedar wawasan saja, karenanya kita diperintahkan
tetap terus beramal meskipun sedikit dan ini adalah hal yang paling dicintai
oleh Allah.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا
وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang
kontinu walaupun itu sedikit.”
Beramal yang banyak dan terlalu semangat juga kurang baik, apalagi tanpa
ada ilmu di dalam amal tersebut, sehingga nampakanya seperti semangat di awal
saja tetapi setelahnya kendur bahkan sudah tidak beramal lagi.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata padanya,
يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ
يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa
mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.”
6. Sering berdoa dan agar istiqomah dan ikhlas
Tentunya tidak lupa kita berdoa, agar bisa tetap istiqamah beramal dan
beribadah sampai menemui kematian.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (yakni ajal)” (QS.
Al-Hijr: 99).
Doa berikut ini sebaiknya sering kita ucapkan dan sudah selayaknya
kita hafalkan.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
‘Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lanaa
Min-Ladunka Rahmatan, innaka Antal-Wahhaab’
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada
kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha
Pemberi (karunia)” (QS. Ali Imran: 8).
Dan doa ini,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
‘Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika’.
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas
agama-Mu.”
Tidak lupa pula kita selalu berusaha dan berdoa agar kita ikhlas dalam
beribadah dan beramal. Ikhlas hanya untuk Allah semata serta jauh dari riya,
mengharapkan pujian manusia dan tendensi dunia. Semoga kita selalu diberikan keikhlasan dan keistiqamahan dalam beramal (dr. Raehanul Bahraen).