Usai sekian lama, lelaki yang membawa harta benda mengalami kebangkrutan hingga jatuh miskin, sedang lelaki yang merawat ibunya lambat laun menjadi kaya raya hingga mampu membeli seluruh harta ibunya yang diambil saudaranya. “Lihat, kini ibu beserta harta bersamaku. Sedang kamu, tak beribu dan tak berharta.”
Di saat ibu kita sehat jarang kita perhatikan dengan alasan segala kesibukan kita, meski ada tapi sering kali kita anggap tidak ada, kehadiran beliau tidak dianggap. Tapi di saat ibu kita sudah sakit tidak bisa apa-apa, baru kita merasakan kehadiran beliau itu penting, kita kehilangan nasehat-nasehat beliau, canda tawa beliau, kita baru merasakan bahwa kita butuh beliau.”
Sering kita jauh-jauh ke luar kota untuk silaturrahim dengan ustad atau para Ulama kita rela merendahkan diri kita untuk sekedar mencium tangan beliau, tapi di rumah kita tidak mau cium tangan ibu kita. Kalau ditanya kenapa tidak cium tangan ibu akan dijawab dengan berbagai alasan. Janganlah kita cari barokah orang alim tapi kita lupa dengan ibu kita!”.
kita sebagai seorang anak harus mengetahui jasa ibu, secara nyata hanya ibunya yang menyebabkan kita ada dimuka bumi ini, kita harus sadari air susu ibulah rejeki awal yang kita terima, sehingga akan mendatangkan cinta yang dalam kepada ibu, dan ini merupakan refleksi nyata dari mencintai keridhoan Allah yang berada didalam diri ibu kita, dengan mencintai ibu, maka tercintailah Allah SWT. hanya sedikit orang saja yang bisa memahami hal seperti ini, dan mereka itulah orang2 mukmin.
Sumber : http://abizakii.wordpress.com/2010/04/26/ibu/