Sejumlah pihak yang mengkritik Reuni Akbar 212 di kawasan Monas, Ahad
(2/12) tidak berdasar. Kritik terhadap acara yang dihadiri peserta dari penjuru
Tanah Air itu adalah bentuk ketakutan terhadap kebangkitan umat Islam.
"Reuni
212 kemarin itu penuh semangat persatuan, kerukunan dan persaudaraan. Acara
berlangsung tertib dan damai. Hanya pengkritik Reuni 212 yang tak suka umat
Islam bersatu.
Sejumlah
pihak mengkritik jalannya Reuni Akbar 212, Ahad (2/12) yang dinilai bermuatan
politis dan tak murni atas prakarsa umat Islam. Ada yang berpendapat bahwa kritik
bertubi-tubi kepada Reuni 212 seolah menunjukkan para pengkritik khawatir
dengan gerakan kebangkitan umat Islam.
"Mungkin
ada orang panik lihat jutaan umat datang. Orang-orang yang sejak awal terkesan
menghalang-halangi acara 212. Banyaknya
umat Islam yang hadir di acara Reuni 212 menunjukkan umat Islam tak takut
genderuwo yang mencoba menghalang-halangi jalannya acara tersebut.
"Genderuwo yang bilang Reuni 212 bakal rusuh, bikin masyarakat ketakutan,
yang mempersulit masyarakat untuk datang ke Monas. Toh, tuduhan yang ditebar
tak terbukti. Reuni berjalan tertib, tak ada sampah berserakan, tak ada taman
yang diinjak-injak.
Jalannya
reuni yang tertib juga menepis anggapan bahwa Islam di Indonesia cenderung
radikal. "Ada jutaan yang hadir, tapi acara tetap tertib, aman. Kalau ada
framing Islam di Indoneisa radikal, itu nggak benar. (Republika News).