Ia hanya datang sesekali saja dalam hidup, itulah badai persoalan.
Memang begitulah kenyataan hidup yang kita alami. Kita pasti pernah mengalami
cobaan hidup yang begitu berat terasakan. Kadang, buntu, tak tahu apakah cobaan
berat itu dapat terselesaikan. Kemudian, setelahnya, kita baru menyadari
hikmahnya ketika cobaan itu berlalu sudah. Dan, kita pasti mengenangkan
kisah-kisah sedih hidup kita itu. Menjadi catatan sejarah tersendiri bagi diri
dan kehidupan ini. Dari rangkaian hidup yang demikian, alangkah baiknya ketika
kita mau berbagi pengalaman dengan orang lain. Siapa tahu bermanfaat bagi
kehidupannya.
Kita
membicarakan badai kehidupan ini karena teramat banyak kasus yang kita
baca dan lihat baik di koran maupun televisi. Semakin banyak saja orang yang
melakukan jalan pintas untuk bisa keluar dari persoalan yang dia hadapi. Jalan
pintas yang tentunya tak sesuai dengan akal sehat dan norma agama yang
diyakininya. Sungguh, kadang tak habis pikir dengan kenyataan yang demikian.
Bunuh diri, adalah salah satunya.
Sebenarnya, kalau kita bisa jernih membaca keadaan, besar kecilnya persoalan itu tergantung dari cara pandangan kita. Dan, cara pandang kita ini terkait erat dengan keilmuwan dan wawasan kita. Nah, dalam hal ini, kita mesti punya frame (bingkai) dalam memandang setiap persoalan. Kalau tidak, kadang, memang kita sering salah dalam menyikapi berbagai badai persoalan yang datang.
Bagi kaum
muslim, tentu sudah mengenal konsep yang sungguh indah.
Jika
mendapat kenikmatan ia bersyukur. Jika sedang tertimpa musibah ia bersabar.
Subhanallah,
konsep yang ideal sekali. Hanya saja, kadang kita, dan saya sendiri sering lupa
dengan konsep tersebut. Lebih banyak lupanya untuk diterapkan dalam kehidupan
keseharian kita. Makanya, tak heran jika kita masih saja sering salah dalam
mengambil keputusan.
Kalau diantara kita ada yang sedang bahagia hari ini, bersyukurlah, Jangan biarkan kenikmatan itu dirasakan sendiri, berbagilah kenikmatan yang dirasakan bersama orang lain. Keluarga, sahabat, kaum du’afa, atau orang-orang tercinta.
Kemudian, bagi yang saat ini sedang merasa sedih, jengkel, kecewa atau sedang mengalami cobaan yang besar. Bersabar itu perlu sebagai awalan. Setelahnya, kita pelan-pelan mencari jalan keluar yang tepat. Tergesa-gesa mengambil keputusan, bukan cara yang bijak karena selalu buruk pada akhirnya. Kita mungkin perlu merenung sejenak, apakah jalan keluar yang kita semai nantinya benar-benar sebuah jalan yang benar. Atau justru sebaliknya. Sekali lagi, frame yang akan berbicara. Jika ia seorang muslim, tentu merujuk pada kidah-kaidah agama yang ia pahami. Kita mesti ingat, akan menjadi pahlawan atau pecundang. Pahlawan adalah mereka yang cerdas memaknai masalah yang dihadapinya, justru dengan keadaan demikian, menjadikannya kreatif untuk menghasilkan suasana baru. Sebuah kondisi yang kadang akan membuatnya dikenang dalam sepanjang sejarah. Ini bisa juga berarti kesuksesan dan kejayaan dalam sepanjang hidupnya. Dan, pecundang adalah mereka yang selalu saja berkeluh kesah, menyalahkan takdir, atau justru menyalahkan orang lain sebagai penyebab dirinya begitu. Sekarang, silakan memilih...
Persoalan selalu ada. Besar kecilnya persoalan tergantung dari cara pandang kita. Datangnya persoalan bukan untuk disesali. Yang terpenting adalah sikap kita dalam meyikapi persoalan itu. Jika orang bisa bertahan di tengah badai. Kelak, kesuksesan dan kejayaan yang akan diraihnya, Percayalah...(FIF)