Allahu Akbar…....Allahu Akbar….... Allahu Akbar….....
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang
berbahagia,
Pertama-tama, kami berwasiat kepada diri saya sendiri,
kemudian kepada para jama’ah, hendaklah kita tetap bertakwa kepada Allah Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah
dianugerahkan kepada kita. Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada kita dîn (agama) yang mulia ini, yaitu al-Islam. Allah telah menyempurnakan dan ridha Islam menjadi
agama kita, dan sungguh, Allah Ta’ala telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agamamu. (Qs al-Mâidah/5:3).
Pada hari yang berbahagia ini, kaum Muslimin di
seluruh pelosok dunia, hingga pojok-pojok kota-kota, bahkan sampai ke pelosok
desa dan gunung-gunung, semua membesarkan asma AllahTa’ala,
mengumandangkan takbir,
tahlil dan tahmid.
Kita dengar, lantunan kalimat ini menggetarkan angkasa dan merasuk ke dalam
hati kita. Subhanallah, kaum Muslimin seluruhnya melantunkan syukur atas
kenikmatan yang dianugerahkan Allah Ta’ala,
setelah sebelumnya melaksanakan ibadah di bulan yang dimuliakan, yaitu ibadah
di bulan Ramadhan. Kemenangan ini, insya Allah kita raih, yang tidak lain
dengan meningkatkan takwa dan amal shalih. Dan jadilah diri kita sebagai insan
yang benar dalam keimanan. Maka, hendaklah kita juga bersyukur, karena Allah Ta’ala telah memberikan hidayah kepada kita berupa akidah
yang benar, sementara itu masih banyak orang yang tidak mendapatkannya.
Ketahuilah! Akidah kita merupakan akidah yang paling
kuat, amalan kita merupakan amalan yan paling sempurna, dan tujuan hidup kita
merupakan tujuan yang paling mulia. Akidah kita, yaitu beriman kepada Allah Ta’ala, kepada para malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya,
kepada para rasul-Nya, kepada hari akhir dan beriman terhadap takdir Allah,
takdir yang buruk maupun takdir baik.
Kita beriman kepada Allah Ta’ala, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya. Karena kita dapat
menyaksikan tanda-tanda-Nya pada segala sesuatu yang menunjukkan bahwa Allah
itu Ahad. Hanya satu.
Pada diri manusia terdapat tanda, di langit, di bumi,
pada perputaran siang dan malam, pada tiupan angin, pada arak-arakan awan yang
diterbangkan antara langit dan bumi, dan pada semua makhluk, sungguh terdapat
tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah Ta’ala,
menunjukkan kemahakuasaan-Nya, rububiyah-Nya, keluasan ilmu, hikmah, dan menunjukkan
kemahamurahan Allah Ta’ala. Karena alam raya ini tidak mungkin ada dengan
sendirinya atau ada dengan tiba-tiba. Alam raya ini pasti ada yang menciptakan
dan mengaturnya. Dia-lah AllahRabbul-’Âlamin yang
tidak sekutu bagi-Nya.
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang
berbahagia,
Amalan kita, juga merupakan amalan yang paling
sempurna, karena kita beramal di bawah bimbingan cahaya Allah Ta’ala dan dengan pedoman yang jelas, mengikuti petunjuk
Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam dan para khulafa`ur-rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk. Oleh karena itu,
hendaklah kita berjalan sebagaimana mestinya. Tegakkan dan jagalah shalat,
karena shalat merupakan tiang agama! Seseorang yang meninggalkan shalat, maka
dia tidak mendapatkan kebaikan apapun dalam Islam. Jagalah shalat, dan jangan
mengabaikannya. Barangsiapa meninggalkan dan mengabaikan shalat, berarti ia
termasuk yang disebutkan firman Allah Ta’ala:
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا . إلا من تاب وءامن وعمل صالحا فأولائك يدخلون الجنة ولايظلمون شيئا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti
(yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka
kelak mereka akan menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan beramal shalih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya
(dirugikan) sedikitpun. (Q.s. Maryam/19: 59-60).
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang
berbahagia,
Begitu pula, hendaklah kita tunaikan zakat sebagaimana
mestinya, jangan mengurangi. Berikan zakat itu kepada yang berhak menerimanya.
Ingatlah, zakat ini sangat penting untuk kita tunaikan. Karena dalam
banyak ayat, perintah menunaikan zakat disandingkan dengan perintah
melaksanakan shalat. Oleh karena itu, kita jangan bakhil dalam memberikan
zakat. Jika berbuat bakhil, maka pada hari Kiamat nanti, harta itu akan
dipikulkan di pundak sebagai balasan bagi orang orang yang bakhil.
Sebagai kaum Muslimin, kita juga diperintahkan untuk
berpuasa dan menunaikan haji. Maka, hendaklah kita jalankan sebagaimana yang
diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Dan semua ini merupakan rukun Islam. Seseorang yang
mengamalkan dan menjaga rukun-rukun ini, ia akan diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala dalam melakukan amalan-amalan lainnya yang merupakan
bagian dari rukun-rukun itu. Dia akan merasa lapang dadanya manakala harus
menjalankan perintah Allah Ta’ala ataupun jika harus menjauhi larangan-Nya. Akan tetapi,
sebaliknya seseorang yang tidak melaksanakan dan tidak menjaga rukun-rukun ini,
maka jiwanya akan sesak. Dia akan merasa berat dan sulit dalam melakukan
amalan-amalan lainnya. Oleh karena itu, kita berdoa, semoga Allah Ta’ala menjadikan diri kita termasuk orang-orang yang diberi
kemudahan untuk menjalani perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan demikian,
kita akan mendapatkan akhir yang menggembirakan. Yaitu berupa ridha Allah Ta’ala dan kebahagiaan abadi di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal
shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya
akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.
(Qs an-Nahl/16: 97).
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang
berbahagia,
Jika kita bertanya kepada seseorang tentang
harapannya, maka tentu ia mengatakan ingin mendapatkan kehidupan yang bahagia,
dan meninggal dengan membawa nama yang harum. Kemudian, jika dibangkitkan oleh
Allah, ia berharap agar dibangkitkan dalam keadaan selamat dari siksa. Harapan
ini, pasti akan didapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah, yang beramal
shalih dengan ikhlas. Hal itu sangat mudah dicapai oleh orang-orang yang diberi
kemudahan oleh Allah Ta’ala. Maka janganlah kita menunda untuk menggapainya.
Segeralah melangkah, dengan selalu berpegang teguh dengan agama kita yang mulia
ini. Karena sesungguhnya, berpegang teguh dengan agama, akan menjamin kehidupan
yang baik dan pahala yang besar. Sebuah kehidupan penuh kemenangan, kemuliaan
dan kesejahteraan.
Satu bukti yang paling besar dan telah nyata, yaitu
Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam diutus
di tengah-tengah sebuah kaum yang ummi dan
terbelakang. Namun tatkala kaum ini berpegang teguh dengan agama ini, tidak
lama kemudian, mereka berubah menjadi yang terdepan dalam ilmu, perilaku dan
peradabannya. Setelah sebelumnya menjadi kaum yang hina, kemudian mereka
memimpin manusia dengan penuh kemuliaan. Mereka menjadi yang terdepan setelah
sebelumnya terbelakang. Dan agama yang dipegangi pemimpin itu senantiasa
terjaga dalam Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, jika saat ini kaum Muslimin berpegang
teguh dengan dinul-Islam dengan benar, mengamalkannya dalam segala bidang
kehidupan, niscaya kaum Muslimin akan pemimpin di bumi ini, sebagaimana para
pendahulu mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ. الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي اْلأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ اْلأُمُورِ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang
yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi
Mahaperkasa. (Yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan. (Qs al-Hajj/22:40-41).
Akan tetapi, yang sangat menyesalkan, banyak kandungan
syariat Islam yang diremehkan kaum Muslimin. Banyak kaum Muslimin yang
menyimpang dan berpaling dari ajaran Islam, kemudian lebih memilih
pedoman-pedoman yang bukan milik Allah Ta’ala.
Akibatnya, banyak yang kemudian tersesat, dan bahkan menyesatkan. Tersesat dari
kebenaran, sehingga umat tercerai-berai. Simpul persatuannya mulai terlepas satu
per satu. Kaum Muslimin menjadi sasaran para musuh, dan menjadi kaum yang hina
setelah sebelumnya mulia. Kaum Muslimin menjadi kaum yang lemah setelah
sebelumnya kuat. Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Maka menjadi kewajiban kita untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum
Muslimin. Yaitu membulatkan tekad untuk berpegang teguh dengan syariat yang
telah ditetapkan Allah Ta’ala, mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengikuti jalan para khulafa`ur-rasyidin. Karena dari sanalah kita akan mendapatkan kembali dinul-Islam dengan segala kebaikannya.
Di antara kebaikan agama ini, yaitu adanya hari raya
yang membahagiakan. Hari yang menjadi penutup puasa dan sebagai permulaan bulan
haji. Hari, saat kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia keluar dari rumahnya
menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat ‘Idul-Fithri. Dengan hati gembira, penuh suka cita mengumandangkan
takbir, tahlil dan tahmid, disebabkan anugerah nikmat yang diterimanya dari
Allah Ta’ala. Anugerah besar, berupa keberhasilan melaksanakan
puasa saat siang hari bulan Ramadhan dan shalat pada malam harinya. Dan kini,
saat berbahagia itu datang. Seluruh kaum Muslimin mengagungkan Allah Ta’ala, berdzikir memuji-Nya, dan membuktikan rasa cinta dan
rasa syukurnya kepada Allah yang bergelora dalam dadanya. Kaum Muslimin erbaik
sangka kepada Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Dengan
berharap bisa mendapatkan semua kebaikan dari AllahTa’ala,
karena Allah Ta’ala pemilik semua kebaikan. Mereka pun memohon kepada
Allah yang telah memberikan kekuatan kepada mereka beramal, agar Allah berkenan
menerima amalan yang telah mereka perbuat, dan berharap agar dimasukkan ke
dalam golongan orang-orang beruntung.
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang
berbahagia,
Sebelum mengakhiri khutbah ini, kami ingin memberikan
nasihat kepada kaum wanita, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nasihat kepada para wanita. Hendaklah
kaum wanita bertakwa kepada Allah Ta’ala pada urusan wanita itu sendiri. Hendaklah kaum wanita
menjaga aturan-aturan Allah, memelihara hak-hak para suami dan anak-anaknya.
Ingatlah! Wanita shalihah itu, ialah
wanita yang taat dan menjaga apa yang harus dijaganya saat suami tidak ada.
Seorang wanita jangan silau dan terpedaya dengan perilaku sebagian wanita yang
senang keluar rumah (misal ke pasar, atau ke tempat lainnya) dengan dandanan
norak, bau semerbak menusuk hidung, pamer kecantikan, atau dengan mengenakan
pakaian tipis transparan.
Ingatlah!
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا (وَذَكَرَ) وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا
Ada dua kelompok penduduk neraka yang
belum pernah aku lihat (lalu beliau n menyebutkan) wanita berpakaian tetapi
telanjang, berjalan dengan lenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan leher unta
meliuk-liuk. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan aroma surga. (H.R. Muslim).
Sehingga, jika seorang wanita terpaksa harus pergi ke
pasar, maka berjalanlah dengan tenang, jangan berdesakan dengan kaum lelaki,
jangan bersuara keras, dan jangan pula mengenakan pakaian yang dibenci pada
anakmu, dan begitu pula jangan meniru pakaian kaum lelaki. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang meniru kaum laki-laki, dan
juga kaum laki-laki yang meniru gaya kaum perempuan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kaum wanita:
رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ِلأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
Aku melihat kebanyakan penghuni neraka
itu adalah kalian. Kalian sering melaknat dan kufur terhadap suami. (H.R. al
Bukhari Muslim).
Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kaum muslimin & muslimat, dan kita mendapat rakhmat, petunjuk, hidayah serta perlindungan dari Allah.
Amiin yaa rabbal alamiin.........! Wassalam.