"Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan Saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang."
Dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus Akui, bahwa saya mulai
merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi
sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar
sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti
seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya
dapatkan.......
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya
kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam
pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya
kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. “Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak
pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan!” Dia terdiam dan termenung
sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan
sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak
dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan
akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?”.
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya
punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya
akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang
ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu
akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?” Dia termenung dan
akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”. Hati saya langsung
gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan
selembar kertas dengan coret-coretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi
susu hangat yang bertuliskan …
“Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi
ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.” Kalimat pertama ini menghancurkan
hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.!?
”Sayang ketika kamu mengetik di komputer lalu program-program di
PC-nya kacau dan akhirnya kau menangis di depan monitor, saya harus memberikan
jari-jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya dan kamu bisa
menyelesaikan pekerjaanmu.
Sayang, kamu juga selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu
keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu,
dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.
Sayang, kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di
tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa
memberikan mata saya untuk menunjukkan jalan kepadamu.
Sayang, kamu selalu sakit dan pegal-pegal pada waktu “teman
baikmu” datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk
memijat kakimu yang pegal.
Cinta, ketika kamu sedang diam di rumah, dan saya selalu kuatir
kamu akan menjadi “aneh”. Maka saya harus membelikan sesuatu yang dapat
menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu
yang saya alami.
Cinta, kamu terlalu sering menatap layar kaca TV dan Komputermu
serta membaca buku sambil tiduran dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu,
maka saya harus menjaga mata saya, agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat
menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan memegang
tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir
yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti
cantiknya wajahmu.
“Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.
Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.
Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya
mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku,
kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Saya tidak bisa menahan dirimu mencari
tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.”
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya
menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.
“Dan sekarang, sayangku, kamu telah selesai membaca jawaban saya.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal
di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri
disana menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan saya masuk
untuk membereskan barang-barangku, dan saya tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah,
bahagia saya bila kau bahagia.”
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan
pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti
kesukaanku. Aku peluk dia penuh kebahagiaan, oh, kini aku tahu, tidak ada
orang yang pernah mencintai aku lebih dari dia mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur
hilang dari hati kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta
dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam
wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari
pasangan kita, padahal tanpa kita sadari Cinta itu telah terwujud dalam bentuk
yang lain, walau tidak sesuai dengan wujud yang kita harapkan
Seringkali kita menuntut Cinta kepada pasangan kita, namun jarang
terfikir oleh kita sejauh mana Cinta yang telah kita berikan padanya. Berikan
Cinta Kasih yang tulus kepadanya, kalaupun dia belum membalasnya yakinlah Allah
pasti akan membalas dan membisikkan CintaNYA kepadanya untuk diberikan kepada
kita.