BLOG INI.........DIPUBLIKASIKAN SEJAK 30 JANUARI 2010..........Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar....... Astaghfirullaahal 'adzhiim, walil muslimiina wal muslimaat.....Mil ladun aadama ilaa yaumil qiyaamah......Amiin yaa rabbal alamiin.....Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.......Ya Allah, lindungilah negeri ini dari kejahatan maupun perbuatan serta persengkokolan orang-orang munafik........SEMOGA ALLAH SWT MERIDHOI AMAL & KEBAJIKAN YANG KITA LAKUKAN....AMIIN YAA RABBAL ALAMIIN...HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID.........

>

Selasa, 15 Februari 2011

CINTA KEPADA NABI

Cinta memang memiliki ekspresi yang berbeda-beda bagi setiap manusia, begitu juga cinta kepada nabi Muhammad SAW, manusia biasa yang dimuliakan Allah, pemimpin teladan umat yang diutus menjadi Rasul Allah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi terakhir (khataman nabiyyin), tiada nabi setelahnya, kekasih Allah yang digelari sebagai manusia yang dipercaya Al-Amin.

Dengan segenap kerinduaan dan kecintaan yang begitu mendalam kepada nabi, kita ingin memberi catatan-catatan penting bagaimana kita mengekspresikan rasa cinta kepada nabi itu dengan pandangan dan perspektif yang lebih mendalam dalam kehidupan kita dengan meneladani keperibadian nabi Muhammad SAW.

Dalam suatu riwayat dikisahkan bagaimana kecintaan para sahabat kepada nabi. Menjelang akhir hayatnya, nabi Muhammad SAW yang tengah menderita sakit, setelah memimpin sholat Subuh, nabi berdiri di atas mimbar dan bertanya kepada para sahabat. "Wahai sahabat, kalian tahu umurku tak akan lagi panjang. Siapakah diantara kalian yang pernah merasa teraniaya oleh si lemah ini, bangkitlah sekarang untuk mengambil kisas, jangan kau tunggu hingga kiamat menjelang, kerana sekarang itu lebih baik."

Melihat semua sahabat diam, Nabi mengulangi lagi ucapannya dengan suara yang terdengar lebih keras. Masih saja para sahabat duduk tenang. Hingga ucapannya yang ketiga kalinya, seorang laki-laki berdiri menuju nabi, dialah Ukasyah Ibnu Muhsin. "Ya Rasul Allah, dulu aku pernah bersamamu di perang Badar. Untaku dan untamu berdampingan, dan aku pun menghampirimu agar dapat menciummu, wahai kekasih Allah, saat itu engkau melecutkan cambuk kepada untamu agar dapat berjalan lebih cepat, namun sesungguhnya engkau memukul lambung sampingku," ucap Ukasyah.

Mendengar ini, nabi pun menyuruh Bilal mengambil cambuk di rumah putrinya, Fatimah. Bilal tampak begitu berat menunaikan perintah nabi, Ia tak ingin cambuk yang dibawanya melecut tubuh sang kekasih, namun Ia juga tidak ingin mengecewakan nabi. Segera setelah sampai, cambuk diberikan kepada nabi dan dengan cepat cambuk berpindah ke tangan Ukasyah. Masjid seketika dipenuhi oleh gemuruh suara para sahabat.

Tiba-tiba dari barisan terdepan melesat maju sosok berwajah sendu dan berjanggut basah oleh air mata, dialah Abu Bakar dan sosok pemberani yang ditakuti para musuhnya di medan pertempuran, Umar Ibnu Khattab. Mereka berkata, "Hai Ukasyah, pukullah kami berdua, sesuka yang kau dera. Pilihlah bagian manapun yang paling kau inginkan, kisaslah kami". Duduklah kalian sahabatku, Allah telah mengetahui kedudukan kalian, begitu perintah nabi.

Melihat Abu Bakar dan Umar duduk kembali, Ali bin Abi Thalib pun berdiri di depan Ukasyah dengan berani. "Hai hamba Allah, inilah aku yang masih hidup siap menggantikan kisas Rasul. Inilah punggungku, ayunkan tanganmu sebanyak apapun, deralah aku, Allah SWT sesungguhnya tahu kedudukan dan niatmu wahai Ali, duduklah kembali," kata nabi.

"Hai Ukasyah, engkau tahu, aku ini kakak-beradik, kami adalah cucu Rasulullah, kami darah dagingnya, bukankah ketika engkau mencambuk kami, itu artinya mengkisas Rasul juga." Hasan dan Husin tampil di depan Ukasyah. Lalu nabi menegur mereka, "Wahai penyejuk mata, aku tahu kecintaan kalian kepadaku, duduklah."

Masjid kembali ditelan senyap, Ukasyah tetap tegap menghadap nabi. Kini tak ada lagi yang berdiri ingin menghalangi Ukasyah mengambil kisas. "Wahai Ukasyah, jika kau tetap berhasrat mengambil kisas, inilah ragaku," nabi selangkah mendekatinya.

"Ya Rasul Allah, saat Engkau mencambukku, tak ada sehelai kainpun yang menghalangi lecutan cambuk itu." Kemudian nabi pun melepaskan ghamisnya dan tersingkaplah tubuh suci Rasulullah. Seketika pekik takbir menggema, semua yang hadir menagis sedih.

Melihat tubuh nabi, Ukasyah langsung menanggalkan cambuk dan berhambur ke tubuh Nabi. Sepenuh cinta direngkuhnya nabi, sepuas keinginannya ia ciummi punggung nabi. Perasaan kerinduan kepada nabi ia tumpahkan pada saat itu. Ukasyah menangis gembira, berteriak haru, gemetar bibirnya berucap, "Tebusanmu, jiwaku ya Rasul Allah, siapakah yang sampai hati mengkisas manusia indah sepertimu. Aku hanya berharap tubuhku melekat dengan tubuhmu hingga Allah dengan keistimewaan ini menjagaku dari sentuhan api neraka."

Dengan penuh senyum nabi berkata, "Ketahuilah wahai manusia, siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka lihatlah pribadi lelaki ini." Ukasyah langsung tersungkur dan bersujud memuji Allah dan para sahabat yang lain berebut mencium Ukasyah. Pekikan takbir kembali menggema. "Wahai Ukasyah berbahagialah engkau telah dijamin Nabi sedemikian pasti, bergembiralah engkau, karena engkau menjadi salah satu yang menemani Rasul Allah di surga," kata para sahabat.


Wahyu Triono KS
Jl. Bhayangkara No. 9A PGS Cimanggis, Depok







TIME IS SWORD