Minggu, 29 Maret 2020
Kamis, 26 Maret 2020
Rabu, 25 Maret 2020
Sabtu, 21 Maret 2020
ISRA MIRAJ PERJALANAN KELUAR DARI DIMENSI RUANG DAN WAKTU
Tepat pada Ahad 22 Maret 2020 ini, Umat Islam memperingati Isra Miraj di mana nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan yang sukar dipercayai orang-orang
saat itu karena sulit dimasuki akal. Di tengah ketidakpercayaan tersebut,
Sahabat Nabi SAW Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi orang pertama yang percaya Nabi
Muhammad telah melakukan Isra Miraj.
Dari sisi sains, Isra Miraj memang memiliki daya tarik
tersendiri untuk diteliti. Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaludin mengakui, Isra
Miraj mengusik keingintahuan akal manusia untuk mencari penjelasan ilmu.
"Aspek akidah dan ibadah berintegrasi dengan aspek
ilmiah dalam membahas Isra Miraj. Inspirasi saintifik Isra Miraj mendorong kita
untuk berpikir mengintegrasikan sains ke dalam akidah dan ibadah," kata
Thomas dalam sebuah artikel pribadinya.
Thomas mengungkapkan, Isra Miraj bukan perjalanan dengan
pesawat terbang antarnegara dari Makkah ke Palestina dan penerbangan antariksa
dari Masjid Al-Aqsha ke langit ke tujuh lalu ke Sidratul Muntaha. Isra Miraj
baginya adalah perjalanan keluar dari dimensi ruang-waktu. Soal bagaimana
caranya, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat menjelaskan.
"Tetapi bahwa Rasulullah SAW melakukan perjalanan keluar
ruang-waktu dan bukan dalam keadaan mimpi, adalah logika yang bisa menjelaskan
beberapa kejadian yang diceritakan dalam hadits shahih," tulis Anggota Tim
Tafsir Kauni Kementerian Agama-LIPI ini.
Thomas memaparkan, Isra Miraj sebagai perjalanan keluar dari
dimensi ruang-waktu setidaknya memperkuat keimanan bahwa Isra Miraj lazim
ditinjau dari segi sains tanpa perlu dipertentangkan. Thomas menjelaskan,
manusia hidup di alam yang dibatasi oleh dimensi ruang-waktu. Ada tiga dimensi
ruang (panjang, lebar dan tinggi) dan satu dimensi waktu. Tak heran bila
manusia selalu berkutat pada jarak dan waktu.
"Dalam kisah Isra Miraj, Rasulullah bersama Jibril
dengan wahana buraq keluar dari dimensi ruang, sehingga dengan sekejap sudah
berada di Masjid Al-Aqsha. Rasul bukan bermimpi karena dapat menjelaskan secara
detil tentang Masjid Al-Aqsha dan tentang kafilah yang masih dalam
perjalanan," tutur dia.
Selain itu, Thomas berpendapat bahwa Rasulullah juga keluar
dari dimensi waktu sehingga dapat menembus masa lalu dengan menemui beberapa
Nabi. Di langit pertama Rasul bertemu Nabi Adam, di langit kedua bertemu Nabi
Isa dan Nabi Yahya, di langit ketiga bertemu Nabi Yusuf.
Di langit keempat bertemu Nabi Idris, langit kelima Nabi
Harun, langit keenam Nabi Musa dan ketujuh Nabi Ibrahim. Bahkan Rasul pun
ditunjukkan surga dan neraka, suatu alam yang menurut Thomas mungkin berada di
masa depan, mungkin juga sudah ada di masa sekarang sampai setelah kiamat nanti.
Thomas menganalogikan Isra Miraj dengan perjalanan ke alam
lain yang dimensinya lebih besar. Ilustrasinya adalah, dimensi satu adalah
garis, dimensi dua adalah bidang, dimensi tiga yaitu ruang. Alam dua dimensi,
yakni bidang, tentu mudah menggambarkan alam satu dimensi yaitu garis.
Begitu pun dengan alam tiga dimensi, yakni ruang, yang mudah
menggambarkan alam dua dimensi (bidang). Sedangkan dimensi yang rendah tidak
akan sempurna menggambarkan dimensi yang lebih tinggi. Kotak berdimensi tiga
pun tidak tampak sempurna bila digambarkan di bidang yang berdimensi dua.
Contoh lainnya adalah dimensi dua yakni bidang yang berbentuk
U. Makhluk yang berada di satu ujung U, tentu harus menempuh jarak untuk bisa
sampai di ujung U yang lain. "Kita yang berada di alam yang berdimensi
lebih tinggi dengan mudah memindahkannya dari satu ujung ke ujung lainnya
dengan mengangkat makhluk itu keluar dari dimensi dua, tanpa perlu berkeliling
menyusuri lengkungan U," jelas Thomas.
Thomas mengatakan, alam malaikat termasuk jin kemungkinan
berdimensi lebih tinggi dari dimensi ruang-waktu, sehingga bagi malaikat dan
jin tidak ada lagi masalah jarak dan waktu. Karena itu, mereka bisa melihat manusia,
tetapi manusia tidak bisa melihat mereka.
Alam berdimensi dua tidak bisa menggambarkan alam berdimensi
tiga. Namun, sebaliknya, alam berdimensi tiga mudah menggambarkan dimensi dua.
Isyarat di dalam Alquran dan Hadis pun menurutnya menunjukkan hal itu. Malaikat
dan jin tidak diberikan batas waktu, sehingga seolah tidak ada kematian bagi
mereka, dan bisa berada di berbagai tempat karena tak dibatas oleh ruang.
Karena itu, Thomas berpandangan, Rasulullah bersama Malaikat
Jibril diajak ke dimensi malaikat, sehingga Rasulullah dapat melihat Jibril
dalam bentuk aslinya sebagaimana tertuang dalam Alquran Surah 53 ayat 13-18.
Dengan mudah pula Rasulullah berpindah dari suatu tempat ke tempat lain tanpa
terikat ruang-waktu.
"Langit dalam konteks Isra Miraj bukanlah langit fisik
berupa planet atau bintang, tetapi suatu dimensi yang tinggi. Langit memang
bermakna sesuatu di atas kita, dalam arti fisik maupun non-fisik,"
ungkapnya.
Terlepas dari itu, Thomas menyadari, ilmu manusia tidak
mungkin bisa menjabarkan hakekat perjalanan Isra Miraj. Sebab seperti dalam
Al-Isra ayat 85, bahwa Allah SWT hanya memberikan sedikit sekali ilmu kepada
manusia. Karenanya, dia menambahkan, hanya dengan imanlah bisa percaya bahwa
Isra Miraj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah SAW.
"Begitulah rencana Allah menguji keimanan
hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra: 60) dan menyampaikan perintah sholat wajib secara
langsung kepada Rasulullah SAW (Republika).
Rabu, 11 Maret 2020
Rabu, 04 Maret 2020
Langganan:
Postingan (Atom)