Jumat, 20 April 2018

ISRA DAN MI'RAJ TERJADI DIMALAM HARI

Isra dan mi‘raj merupakan peristiwa yang terjadi di malam hari. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Isra ayat pertama.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Walaupun ada beberapa hadits dan pendapat yang menjelaskan waktu terjadinya Isra Mi‘raj, tetapi dari ayat di atas sudah cukup jelas bahwa Isra dan Mi‘raj terjadi di malam hari.

Hal ini tentu memunculkan pertanyaan di benak kita, mengapa harus malam hari? Mengapa tidak siang hari saja?

Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya, Al-Ayatul Kubra fi Syarhi Qisshatil Isra menjelaskan beberapa alasan mengapa Allah menjadikan malam sebagai waktu terjadinya peristiwa Isra dan mi‘raj. (Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Ayatul Kubra fi Syarhi Qisshatil Isra, (Kairo: Darul Hadits, 2002 M), halaman 59).

Pertama, karena malam adalah waktu yang tepat untuk melakukan khalwah (menyepi) dan pengkhususan.

قال ابن المنير: إنما كان الإسراء ليلا لأنه وقت الخلوة والإختصاص عرفا

Artinya, “Ibnu Munir berpendapat bahwa peristiwa Isra terjadi di malam hari karena malam merupakan waktu yang tepat untuk menyepi serta biasanya sebagai waktu yang tepat untuk mengkhususkan amalan.”

Kedua, karena malam adalah waktu diwajibkannya shalat. Hal ini didasarkan pada sebuah ayat dalam Surat Al-Muzammil.

قم الليل إلا قليلا 

Artinya, “Dirikanlah shalat di malam hari, kecuali sedikit,” (Surat Al-Muzammil ayat 2).

Ketiga, sebagai sebuah ujian bagi para Mukmin untuk percaya terhadap hal-hal yang ghaib, hal-hal yang tidak dapat dicerna oleh akal, serta sebagai ujian bagi orang-orang kafir. Apakah ia tetap ingkar dengan risalah nabi, atau akan beriman.

Keempat, karena malam merupakan waktu yang mulia. Hal ini disebabkan karena ada beberapa peristiwa yang terjadi di waktu malam, khususnya kisah-kisah istimewa yang terjadi dalam kehidupan para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.

Di antaranya, kisah Nabi Ibrahim yang awalnya menganggap bintang-bintang sebagai Tuhan, kemudian sadar bahwa bintang-bintang tersebut ternyata bukan Tuhan karena ia menghilang. Hal ini terekam dalam Surat Al-An’am ayat 76:

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ

Artinya, “Ketika malam telah gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia berkata, ‘Inilah Tuhanku,’ tetapi tatkala bintang itu tenggelam ia berkata, ‘Saya tidak suka kepada yang tenggelam.’”

Selain itu, malam juga menjadi waktu dikabulkannya doa Nabi Yaqub AS sesuai firman Allah dalam Surat Yusuf ayat 98. Selain dua kisah tersebut masih ada beberapa kisah lagi yang menunjukkan kemuliaan malam dalam kehidupan para nabi sebelumnya.

Hal ini sekaligus juga sebagai bantahan untuk para filsuf yang menganggap bahwa malam merupakan waktu yang hina. Hal ini diungkapkan oleh Ibnu Dihyah sebagai berikut:

قال ابن دحية: ولإبطال قول الفلاسفة: إن الظلمة من شأنها الإهانة والشر

Artinya, “Menurut Ibnu Dihyah, terjadinya Isra pada waktu malam sebagai bantahan atas pendapatnya para filsuf, ‘Sesungguhnya dalam malam terdapat celaan dan keburukan.’”

Kelima, karena malam adalah waktu yang tepat untuk berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai. Maka dari itu, Allah memberangkat Rasul pada malam hari.

Keenam, malam merupakan satu-satunya waktu yang dijanjikan Allah sebagai waktu yang terbaik dari seribu bulan (lailatul qadar). Tidak ada waktu lain selain malam yang memiliki keistimewaan seperti ini.

Ketujuh, malam adalah waktu turunnya wahyu yang pertama.

Kedelapan, malam adalah waktu dikabulkannya doa. Berbeda dengan siang, hanya hari Jumat satu-satunya waktu siang yang memiliki keutamaan tersebut.

Kesembilan, karena malam adalah waktu yang tepat untuk menyegarkan pikiran, dengan istirahat. Sedangkan pagi diciptakan Allah untuk mencari penghasilan. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Furqan ayat 47:

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا

Artinya, “Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat. Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” Wallahu a‘lam. (M Alvin Nur Choironi)

Kamis, 19 April 2018

SEDEKAH ISTIGHFAR....


SEDEKAH ISTIGHFAR



"Astaghfirullaahal ‘adzhiim, walil muslimiina wal muslimaat. Mil ladun aadama ilaa yaumil qiyaamah."


Tiap doain orang yang beriman, akan menjadi ladang sedekah buat kita.

Setiap doain muslim muslim/ah yang lain, setiap satu orangnya, satu sedekah. Dan satu sedekah dikali 10 sampai dengan 700 kali lipat.

Bayangin, berapa jumlah muslim/ah sedunia? Apalagi ditambahin : Mil ladun aadama ilaa yaumil qiyaamah. (Dari sejak Nabi Adam as sampai dengan hari kiamat)

Jika jumlah muslim muslimah yang hidup sekarang aja dah 2 milyar orang, itu berarti 20 milyar sampai dengan 1,4 triliun kebaikan, balasan Allah atas doa kita untuk yang lain.

Lah kali satu hari bisa baca istighfar kayak gitu sampai dengan 100 kali per hari? Allahu Akbar dah jumlah balesan kebaikan dari Allah. GEDE BANGET. Mudah-mudahan bisa ngikis dosa-dosa kita.

Apalagi nih, ketika kita mau mendoakan yang lain, malaikat-malaikat Allah loh yang mendoakan balik ke kita. 

Semoga menjadi amal kabaikan bagi kita semua, Amiiin.......

Jumat, 13 April 2018

SUKSES DUNIA AKHIRAT........MAU..???


Dalam menjalankan kehidupan didunia, manusia terutama umat muslim tentunya ingin hidup sukses baik didunia maupun diakhirat (baca dunia menurut islam). Sukses sendiri terkadang disalah artikan oleh sebagian orang dan mereka menganggap kesuksesan dalam hidup adalah ketika mereka memiliki harta yang berlimpah dan kedudukan atau jabatan yang tinggi (baca harta dalam islam).
Padahal kata sukses bagi manusia tidaklah selalu bisa diukur lewat harta maupun jabatan. Lalu bagaimanakah sebenarnya arti kesuksesan dalam islam dan bagaimana cara seorang muslim berusaha agar ia bisa mendapatkan kesuksesan baik didunia maupun diakhirat. Berikut adalah sukses dunia akhirat menurut islam
Definisi Sukses Menurut Islam
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa sukses bagi manusia terkadang diartikan sebagai kesuksesan dalam karir maupun dalam mengumpulkan harta benda. Padahal menurut agama islam, seorang manusia yang sukses adalah ia yang selalu istiqomahberada di jalan Allah SWT dan memiliki bekal yang baik untuk hidup diakhirat kelak (bacacara agar tetap istiqomah di jalan Allah) Manusia yang sukses dalam islam adalah mereka yang memiliki kemuliaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam sebuah ayat berikut:
لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya? (Qs Al Anbiya : 10)
Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa alam Alqur;an terkandung segala hal yang dapat memberikan kemuliaan kepada manusia atau dengan kata lain bahwa kemuliah atau kesuksesan seorang manusia tidaklah diukur dari berapa banyak harta yang ia miliki atau seberapa tinggi jabatannya melainkan seberaba bisa ia mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang terkandung dalam Alqur’an. (baca manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan manfaat membaca Alqur’an bagi ibu hamil).
Sukses Datang Setelah Ujian
Untuk meraih sukses baik didunia maupun diakhirat, seorang muslim harus berusaha sebisa mungkin dan senantiasa berdoa kepada Allah SWT untuk mendapatkan ridhanya. Terkadang sukses yang diperoleh oleh manusia tidak datang secara tiba-tiba melainkan dibutuhkan usaha didalamnya. Untuk mendapatkan kesuksesan terutama diakhirat maka Allah SWT menguji umatnya untuk bertahan dalam suatu cobaan dan apabila ia bersabar maka ia akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Allah SWT berfiman dalam suatu ayat.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS Al Baqarah : 214).


Dari ayat tersebut kita bisa mengetahui bahwa sukses adalah karena usaha seorang manusia dan doa yang dipanjatkannya. Kesabaran yang dimiliki seorang muslim mampu membawanya ke surga dan sebaliknya perilaku buruk akan berakibat buruk juga dan menjauhkan seseorang dari surga Allah SWT.
Cara menggapai Sukses Dunia Akhirat
Jika kita ingin menjadi orang sukses didunia dan diakhirat maka kita harus bisa bersabar dan menjalani segala ujian yang diberikan Allah SWT. Kaya ataupun miskin, sehat ataupun sakit adalah beberapa kondisi yang merupakan ujian dari Allah SWT dan manusia harus bisa menyikapinya dengan baik pula. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan jika ingin berhasil atau sukses dunia akhirat, maka simak kunci sukses menurut islam berikut ini.
1.   Istiqamah
Sukses tidak datang dengan tiba-tiba dan dibutuhkan usaha untuk mendapatkannya. Salah satu kunci sukses dalam islam adalah dengan istiqomah. Istiqomah adalah suatu perilaku menjaga amalan dan segala perilaku terutama dalam melaksanakan ibadah. Seseorang yang istiqomah di jalan Allah akan senantiasa diberi kebahagiaan dan kesenangan sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS Fussilat : 30)
2.   Shalat wajib diawal waktu
Shalat adalah tiang agama dan mendirikan shalat wajib diawal waktu adalah salah satu kunci meraih kesuksesan didunia dan akhirat. Allah SWT akan senantiasa mengabulkan doa hambanya yang melaksanakan dan menjaga shalatnya.
3.   Melakukan ibadah sunnah
Agar pahala dan keutamaan yang didapat seseorang berlimpah, maka tidak ada salahnya jika ia juga melakukan ibadah sunnah yang bisa menjadikan dirinya merasa tenang dan damai. Ada banyak ibadah sunnah yang bisa dilakukan oleh seorang muslim diantaranya melakukan shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah, shalat dhuha, shalat tahajud, witir, maupun rajin membaca Alqur’an dan melaksanakan puasa sunnah.
4.   Menyambung silaturahmi
Allah menyukai muslim yang senantiasa menyambung tali silaturahmi dengan kerabatnya dan barangsiapa yang menyambung tali silaturahmi ia mendapatkan banyak keutamaan diantaranya yakni dipanjangkan umur dan diluaskan rizkinya. Bukankah jika seseorang bertambah umur dan rizqinya, ia bisa berbuat baik dan beribadah lebih lama?
Berusaha untuk meraih sukses dunia dan akhirat saja tidak cukup, seseorang terutama muslim yang ingin meraih sukses haruslah berdoa dan meminta kepada Allah SWT. Doa dan zikir adalah perantara manusia dengan Allah SWT, jadi jika ingin meraih kesuksesan banyak-banyaklah berdoa kepada Allah SWT. (baca keutamaan berzikir kepada Allah dan zikir sebelum tidur)



6. Bersedekah

Salah satu pintu pembuka rizki dan kesuksesan di dunia dan di akhirat adalah bersedekah atau memberikan sebagian harta kita kepada orang lain yang membutuhkan. Sedekah memiliki banyak keutamaan dan hal itu disebutkan dalam firman Allah berikut ini (baca keutamaan bersedekah).
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰوَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰفَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰوَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ
Adapun orang yang memberikan sebagian (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga) maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS Al Lail :  5-8).
7.   Berbakti Pada Orangtua
Ridha Allah SWT adalah terletak pada ridha orangtua dan orang yang sukses dunia dan akhirat biasanya adalah mereka yang berbakti kepada orangtuanya. Seorang muslim wajib berbuat baik kepada orangtuanya dan ia tidak bisa masuk surga jika durhaka kepada keduanya. Oleh sebab itu seorang muslim haruslah senantiasa memperlakukan orangtuanya dengan baik dan tidak menyakiti hati mereka. (baca keutamaan berbakti pada orangtua)
Semoga kita bisa melaksanakan dan berusaha memenuhi kunci-kunci dalam meraih kesuksesan dunia dan akhirat tersebut dan senantiasa bisa beristiqomah dijalan Allah SWT dengan kita mengamalkan sukses dunia akhirat menurut islam. Amiiin.

BERSABARLAH.....KARENA STOK SABAR TIDAK HABIS.....!?


Kita sering mendengar ungkapan “kesabaran saya sudah habis” atau “sabar itu ada batasnya”. Ungkapan ini seolah sudah menjadi tameng bagi segenap orang untuk melampiaskan nafsu amarah yang bercokol dalam diri mereka, atau minimal dijadikan alasan untuk mendapatkan pemakluman, agar segala tindakannya yang membabi buta dibenarkan oleh orang lain.
Misalkan, seorang guru atau orangtua menghadapi putra/putrinya yang susah diatur. Setelah dinasehati berkali-kali, namun tetap saja tidak ada perubahan. , akhirnya terucaplah “kalimat ampuh” tersebut untuk bertindak kasar ke pada mereka. “Kamu ini sudah dinasehati berkali-kali, masih saja bandel. Kesabaran saya sudah habis gara-gara kamu. Ingat, kesabaran seseorang itu ada batasnya,” damprat mereka.
Bahkan, tidak jarang setelah marah dengan verbal, diikuti pula dengan tindakan fisik.
Sekalipun apa yang ditulis di atas hanyalah sebuah ilustrasi, namun realitasnya tidak sedikit orang telah mempraktekkannya. Tidak hanya dalam menghadapi masalah keluarga, terhadap permasalahan sosial pun hal ini kerap terjadi.
Yang lebih membahayakan kalau kalimat-kalimat tersebut diarahkan kepada Allah. Kadangkala ada orang yang merasa Allah telah menzaliminya dengan ujian yang dia anggap telah berada di atas kemampuannya. Yang memprihatinkan, adegan semacam ini sering sekali menjadi tontonan masyarakat melalui film-film ataupun sinetron-sinetron di layar kaca.
Benarkah tindakan semacam ini? Bagaimana sikap yang benar dalam menyikapi suatu permasalahan/ujian agar justru mengundang rahmat Allah di dalamnya?
Sabar Itu Jamu
Sabar adalah satu kata yang sangat ringan diucapkan, namun sukar untuk dilaksanakan. Setiap orang mampu untuk mengutarakannya. Namun, apakah dia juga kuasa melaksanakannya? Belum tentu. Hal ini masih dibutuhkan pembuktian.
Namun, yang perlu kita perhatikan, bahwa sabar merupakan cara ampuh dalam menghadapi segala permasalahan dengan bijak. Sebaliknya, sikap reaktif memandang suatu permasalahan bisa membuat kita bertindak gegabah, bahkan tidak jarang justru semakin memperkeruh permasalahan.
Kisah Nabi Ishaq yang mengatakan “Fa-shabrun jamiil” (maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku)), ketika anak-anaknya mengabarkan kehilangan Yusuf dan Bunyamin, bisa kita jadikan teladan. Dengan kesabarannya itu pada akhirnya Allah mengembalikan Nabi Yusuf dan Bunyamin kepada Nabi Ishaq.
Kita bisa membayangkan, apa yang terjadi sekiranya Nabi Ishaq marah-marah, bahkan mengusir anaknya dari tempat tinggal mereka. Dia tentu akan rugi dua kali. Pertama, dia sudah kehilangan Yusuf dan Bunyamin; Kedua, dia akan bermasalah dengan anak-anaknya yang lain.
Teladan ini lah yang perlu kita contoh dan dijadikan rujukan dalam menghadapi permasalahan. Sejalan dengan itu ada peribahasa Arab yang menyatakan bahwa sabar adalah solusi dari permasalahan: “Ash-Shabru yu’iinu ‘alaa kulli ‘amalin” (Kesabaran itu membantu setiap pekerjaan).
Dengan demikian, tidak seharusnya kita kehabisan stok sabar. Justru yang seharusnya kita upayakan adalah senantiasa memupuk dan memupuk sifat sabar dalam diri, bukan memanjakan emosi sehingga seolah-olah berada di titik akhir kesabaran.
Orang yang tak kehabisan kesabarannya adalah orang yang istimewa dan luar biasa. Orang yang demikian mendapat pujian dari Rasulullah, “Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin itu, karena sesungguhnya semua keadaannya itu merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak dapat diperoleh melainkan hanya oleh orang mukmin saja, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, ia pun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya. Sedangkan apabila ia ditimpa oleh kesukaran—yakni yang merupakan musibah—ia pun bersabar dan hal ini pun adalah merupakan kebaikan baginya.” (Riwayat Muslim).
Namun, yang menjadi catatan besar dalam permasalahan sabar di sini, bukan berarti pasrah, menerima apa adanya. Hal yang demikian ini bukan merupakan sifat sabar, namun lebih kepada keputusasaan.
Jadi sabar itu, kita harus ridha dengan apa yang kita terima, namun juga harus berikhtiar semaksimal mungkin untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kembali kepada kasus Nabi Ishaq, beliau tidak hanya mengatakan “Fashabrun jamiil”, namun beliau juga melakukan suatu aksi kongkrit untuk mencari anak-anaknya yang hilang, dengan memerintahkan anak-anaknya yang lain menyebar, mencari tahu keberadaan dua anaknya yang hilang. Bahkan, beliau memberi ultimatum untuk tidak kembali ke rumah terlebih dahulu, sebelum mereka berdua ditemukan.
Dengan izin Allah, pada akhirnya kedua anaknya tersebut ditemukan. Poin yang bisa kita ambil, bahwa sabar itu bukan berarti pasrah dengan keadaan, harus diiringi dengan perjuangan mengatasi masalah, diakhiri dengan sikap tawakkal dan ridha terhadap ketetapan Allah.
Fahami Hakikat Kehidupan
Untuk mencapai singgasana sabar dengan mulus, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga semakin menguatkan kita untuk senantiasa bersabar dalam menghadapi segala hal.
Pertama, pahami bahwa hidup di dunia ini adalah ujian. Segala macam kondisi yang kita rasakan, senang, susah, bahagia atau sengsara, semuanya adalah ujian.
Kedua, yakinlah bahwa Allah Maha Melihat, dan Dia Maha Mengetahui sejauhmana kemampuan seorang hamba menerima cobaan darinya. Karena Allah tidak pernah menguji hamba-Nya di atas kemampuan mereka.
Terakhir, yakinilah bahwa diluar diri kita terdapat orang-orang yang memiliki beban hidup jauh lebih berat daripada yang kita pikul, dan tidak sedikit dari mereka mampu keluar dari lingkaran permasalahan mereka masing-masing. Jadi optimislah bahwa kita sendiri pun akan mampu melewati rintangan yang tengah kita hadapi.
Dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip ini, semoga diri kita menjadi semakin kuat dan sabar dalam menghadapi berbagai persoalan di muka bumi ini, bukan menjadikan stok kesabaran kita pada posisi minus. Semoga bermanfaat. Wallahu a‘lam bi-shawab.