Senin, 22 Februari 2016

AL-QUR'AN SURAT ASH-SHARH (MELAPANGKAN)

Fase kehidupan tidak melulu bercerita tentang kelancaran dan kelapangan hidup. Allah SWT sudah mempersiapkan batuan terjal berupa ujian sebagai bentuk kenaikan kelas untuk hamba-Nya.

Tidak sedikit diantara kita yang mampu melakoni setiap babak ujian yang disiapkan Allah. Namun, yang akhirnya menyerah kalah tidak berdaya juga terbilang banyak. Pada kondisi inilah manusia merasa berada pada titik terendah dalam hidupnya.

Berbagi cerita kesedihan mungkin menjadi salah satu alternatif pengobat keputusasaan. Namun ada baiknya anda mulai menyelesaikan masalah dengan Alquran. Ayat berikut menjadi pelipur lara jika tengah berputus asa. Kandungannya membuat kita kembali bersemangat jalani hidup. Surat apa yang dimaksud? Berikut ringkasannya.

Alquran memang menjadi obat bagi semua permasalahan hidup. Termasuk saat manusia dengan sikap berputus asa. Allah SWT sudah mempersiapkan ayat yang bisa dibaca dan kandungannya membuat takjub. 

Ayat tersebut terdapat dalam Surat Ash-Sharh ayat 1-8. Surat ini merupakan surat ke-94 dalam  Alquran. yang diturunkan di kota Mekkah dan  memiliki arti kelapangan dada. Surat ini turun  sebagai penghubur bagi Rasulullah SAW yang kala itu mengalami beratnya berdakwah di tengah-tengah umatnya yang pembangkang.

Namun Allah SWT dengan kasih sayangnya mengingatkan Rasulullah SAW dengan ayat-ayat dalam surat ini. Maka dari itu, ketika merasa putus asa dan sedih, ingatlah firman Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui Surat Al Insyiroh tersebut. Berikut surat Ash-Sharh 1-8 yang bisa anda baca dan cerna serta mengamalkannya dalam kehidupan. 

  1. “Alam nasyrah laka shadrak”( Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?) 
  2. “Wawadha'naa 'anka wizrak” (dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu)
  3. “Alladzii anqadha zhahrak” (yang memberatkan punggungmu?)
  4. "Warafa'naa laka dzikrak” (Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu)
  5. “Fa-inna ma'a l'usri yusraa” (Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan)
  6. “Inna ma'a l'usri yusraa” (sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan)
  7. “Fa-idzaa faraghta fanshab”  (Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,)
  8. “Wa-ilaa rabbika farghab” (dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap)
Sejatinya, kesusahan dan kepedihan yang dialami manusia biasa, tidak sebanding dengan ujian yang dihadapi oleh para Nabi. Mereka melalui ujian begitu dasyat sebagai salah satu fase memperoleh derajat tertinggi di sisi Allah. Itulah mengapa, seharusnya kita tidak berputus asa dan terus berusaha. Karena kabar baiknya, Allah selalu memberikan hikmah dibalik permasalahan yang dialami.

“(Orang yang paling keras ujiannya adalah) para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, berkata Syeikh Al-Albany: Hasan Shahih)

Allah SWT sudah menjelaskan dalam firman-Nya dalam surat Al Insyiroh di atas, bahwa ujian yang diberikan kepada hamba-Nya, selalu disertai dengan kemudahan. Bahkan Allah sampai mengulanginya kalimat” sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”hingga dua kali. 

Itu artinya kita tidak boleh langsung suudzon terhadap apa yang menimpa saat ini. Karena dibalik ujian yang diberikan tersebut sudah satu paket dengan jawaban serta penyelesaiannya. Manusia hanya tinggal berusaha mencari jawaban, dan menjauhkan diri dari sikap berputus asa. Semoga artikel ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca (WS).