Kamis, 23 Februari 2012

HIDUP BAHAGIA SIAPA MAU ?


Berapa banyak orang di dunia ini yang hidupnya dipenuhi rasa kegelisahan dalam hatinya dan kebingungan yang tak berujung, hanya karena persepsi yang salah tentang kebahagiaan. Sebenarnya apa itu kebahagian ? Mengapa banyak orang sulit untuk meraihnya? Apakah mereka tidak bisa menemukan kebahagiaan? Atau mereka menemukan hal yang mirip dengan kebahagiaan, tetapi sesungguhnya bukan kebahagiaan?

Pertanyaan ini sudah muncul sejak berabad-abad yang lalu dan misteri kebahagiaan ini masih saja belum menemukan jawaban yang tuntas. Disini saya akan mencoba untuk mencoba mendefinisikan kebahagian tersebut. Menurut saya sebenarnya mereka itu bukannya tidak menemukan kebahagiaan, hanya saja mayoritas orang salah dalam mengartikan kebahagiaan tersebut.

Bagaimana tidak? karena sesunguhnya kebahagiaan itu hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang pandai dalam meng-syukuri dan tabah dengan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya didunia ini. Dua sifat ini muncul karena keyakinan seseorang akan Tuhan. Maka jika sesorang telah hidup sebagaimana mestinya dan ketika kegagalan menderanya dia tak berputus asa atas kegagalan tersebut dan ketika keberhasilan telah ia raih, namun sombong dan congkak bukanlah sifat yang akan terlihat darinya.

Namun yang terjadi pada saat ini bukanlah seperti cerita diatas. Karenanya disini saya akan menyebutkan beberapa hal yang menyebabkan kebahagiaan itu sulit kita raih. Agar kita dapat hindari dan menjadikannya sebagai solusi terbaik dalam meraih kebahagiaan yang hakiki dalam kehidupan.

Pertama : Manusia cenderung mencari kebahagiaan dengan cara menemukan benda-benda yang diluar yang mereka anggap bisa membahagiakan, dalam hal ini yang berperan penting adalah uang. Kebahagian seringkali ditafsirkan dengan uang, harta benda dan kekayaan sebab mereka berkeyakinan bahwa kebahagiaan adalah kemampuan ketika kita bisa mendapatkan apapun yang kita iniginkan dan solusi terbaik untuk mendapatkannya adalah uang. Ini yang membuat diri kita mencurahkan segenap tenaga dan pikiran demi memperolehnya. Yang menarik dalam hal ini ternyata uang bukannya bisa membuat kita merasa bahagia, tetapi justru rasa tidak puas. Semakin kita memperoleh uang, maka semakin tidak puas pula, diri kita dengan hasil yang telah kita peroleh dan dari ketidakpuasan ini, maka sudah pasti kebahagiaan bukanlah hal yang kita peroleh.

Kedua : Manusia sreingkali memaknai kebhagiaan dengan kesenangan dan kenikmatan. Setiap orang memang senantiasa mencari kesenangan dan menghindari kesakitan, ini sudah menjadi fitrah dari manusia tanpa terkecuali. Namun seringkali manusia hanya mempunyai perspektif jangka pendek, yang menyebabkannya jatuh kedalam jurang ketidakbahagiaan karena manusia seringkali terpedaya pada kenikmatan dan kesenangan, yang padahal ujungya menghantarkan pada penderitaan yang jauh lebih mendalam.

Mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dengan cara yang mudah adalah kesenangan, tapi orang lupa bahwa diujung "kebahagiaannya" dia harus membayar dengan penderitaan yang telah menantinya, misalkan jika ia harus menghadapi hukuman karena korupsi, yang secara kasat mata terlihat, bahwa itu adalah bentuk dari kebahagiaan dan terlihat sangat menyenangkan, untuk kemudian harus menuai hancurnya harga diri.

Ketiga : ketidak percayaannya manusia akan hukum alam yaitu hukum sebab-akibat yang telah diatur oleh Tuhan. Sebagai cara Tuhan untuk intervensi makhluk ciptaaNya yang ada didunia ini, karena setiap perbuatan dialam ini akan ada akibatnya, tidak ada yang gratis.

Segala kebaikan pasti akan berakibat kebaikan pula meski tidak terjadi secara langsung, begitu pula sebaliknya. Banyak orang berfikiran bahwa hukum alam ini adalah relatif dan berfikir bahwa dia bisa mengakali hukum alam. Mungkin pemikiran inilah yang menyebabkan manusia tak segan-segan melakukan kejahatan meski mereka tahu, bahwa setiap keburukan akan menuai keburukan.

Pemikiran seperti ini sesungguhnya mencerminkan bahwa manusia tidak sepenuhnya percaya pada Hukum-Hukam Tuhan, ketika kita melakukan kejahatan sekecil apapun, maka sesungguhnya kita telah merusak kebahagiaan kita sendiri. Ingatlah bahwa jiwa manusia itu suci pada fitrahnya, maka jika kita melakukan kejahatan sudah pasti muncul rasa gelisah, tidak tenang dan perasaan dikejar-kejar rasa bersalah, seseorang yang melakukan kejahatan bisa saja merasa gembira atas kejahatannya sendiri. tapi tidak bisa di pungkiri dibalik kesenangannya itu, rasa tidak tenang dan tidak damai selalu inggap dihatinya. Batas kebahagiaan manusia itu adalah kebaikan, ketika seorang manusia keluar dari jalur kebaikan, maka hatinya akan gelisah dan akan kembali damai lagi, jika ia kembali kepada kebaikan.