Sabtu, 13 Juni 2020

KISAH TENTANG MUKIDI


1. Mukidi milih jadi tentara

Bu Guru       : “Anak-anak. Siapa yang mau masuk surga?”
Anak-anak   : (Dengan serempak menjawab  “Sayaa….!!”)
Mukidi         : (Lagi duduk dibelakang hanya diam saja).
Bu Guru      : “Siapa yang mau masuk neraka?”
Anak-anak  : “Tidak mauu……!!!!!”
Mukidi         : (Tetap diam saja).
Bu guru      : Melihat  Mukidi hanya diam dan tidak menjawab, lalu Bu Guru mendekati
                     Mukidi…dan bertanya: “Mukidi, kamu mau masuk surga atau  neraka..!!??
Mukidi        : “Tidak kedua-duanya Bu Guru.”
Bu Guru     : “Kenapa?”
Mukidi        : “Habis waktu ayah saya mau meninggal, beliau berpesan. “Mukidi, apapun                            yang terjadi kamu harus masuk TENTARA”.
2. Mukidi membantu nenek
Pada suatu hari Mukidi melihat mbah Kartinem sedang kebingungan di kantor pos.
Mukidi : “Bisa saya bantu nek?”
Nenek : “Tolong pasangin perangko sama tulis alamatnya nak.”
Mukidi : “Ada lagi nek?”
Nenek : “Bisa bantuin tulis isi suratnya sekalian?”
Mukidi : (Mengangguk).
(Si mbah lalu mendiktekan surat sampai selesai).
Mukidi : “Cukup nek?”
Nenek : “Satu lagi nak. Tolong di bawah ditulis, maaf tulisan nenek jelek.”
 3. Mukidi masih salah
Pada suatu hari didalam kelas, Pak Guru agama sedang memberi pelajaran kepada murid-muridnya, termasuk Wakijan teman Mukidi yang bandelnya minta amfuuun. Kemudian Pak  guru ingin mengetes murid-muridnya.
Pak guru  : “Eeeh kamu Wakijan, sholat Subuh ada berapa rakaat?”
Wakijan    : “4 rakaat, Pak guru….!”
Pak guru  : Karena tidak bisa menjawab dengan benar, kemudian Pak Guru    menyuruhnya pulang sekolah, disuruh mencari jawaban yang benar. Namun ditengah perjalanan Wakijan bertemu Mukidi sahabat karibnya.
Wakijan: “Eeeh Mukidi gue mau nanyak, nih ?! Menurut kamu sholat subuh ada berapa rakaat, siih ?”
Mukidi: “Ya 2 rakaat lah.”
Wakijan: “Wah…. payah loe, mendingan loe pulang deh…..belajar lagi…???!!!!”
Mukidi: “Emangnya… kenapa….???”
Wakijan: “Noh, gue aja sudah bilang 4 rakaat pada Pak guru,  masih salah, ..apalagi 2?”
4. Mukidi bikin kondom
Di ruang operasi rumah sakit, seorang dokter bedah melihat Mukidi yang akan dioperasi kelihatan gelisah. Untuk menenangkannya, Mukidi diajak bercanda.
Dokter: “Bapak tau cara membuat sarung tangan karet yang sedang saya pakai ini?”
Mukidi: “Tidak dok.” (Sambil memberi isyarat dengan tangannya).
Dokter: “Begini Pak. Karet mentah direbus sampai meleleh lalu pegawai pabrik rame2 mencelupkan tangan ke dalam cairan karet itu. Setelah itu tangan segera diangkat untuk diangin-anginkan. Tak lama kemudian jadilah sarung tangan seperti ini.”
Mukidi: (Tersenyum mendengar penjelasan sang dokter).
(Beberapa saat kemudian ).
Mukidi: (Tertawa terpingkal-pingkal).
Dokter: (Heran) “Mengapa Anda tertawa seperti itu?”
Mukidi: “Dengar cerita dokter tadi, saya lalu membayangkan bagaimana cara membuat kondom.”
Dokter: (Bengong)…lalu menjawab:  “Yaa…… kayak gitu…!!!! (Haaa….haa…haaaa).
 5. Istri Mukidi yang pemalu
Suatu hari Markonah, istri Mukidi bercerita pada suaminya.
Markonah: “Mas tadi waktu aku buka BH di depan kaca yang dipinggir jendela. Eh.....ngga                        tahunya ada cowok ganteng lihatin aku terus.”
Mukidi      : “Terus apa yang kamu lakukan?”
Markonah: “Aku malu banget mas, lalu aku tutupin aja muka aku pake BH  !!!??.”
Mukidi      : “Dasar dodol, loe !!”
Markonah: “Bukan dodol Mas. Tapi aku malu.”