Selasa, 18 September 2018

UMUR, WAKTU DAN HIJRAH


Tahun kemarin sudah berganti dengan tahun yang baru. Setiap tahun yang terlewatkan menjadi ukuran bahwa umur seseorang telah berkurang. Semakin sedikit jatah hidup didunia dan harus berkorelasi dengan penggunaan waktu.
Dalam sebuah hadist, dari Abdullah bin Ummar RA, Rasulullah SAW pernah memegang pundak Abdullah bin Ummar RA kemudian beliau bersabda, "Jalani hidup di dunia seakan-akan kamu orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan. Apabila kamu berada pada waktu sore, janganlah kamu menunggu-nunggu waktu pagi. Apabila kamu berada pada waktu pagi, janganlah kamu menunggu-nunggu waktu sore. Manfaatkanlah hidupmu didunia, untuk hidupmu sesudah mati." (HR Imam al- Bukhari).
 "Ada dua nikmat yang disia-siakan oleh mayoritas manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang." (HR Imam al-Bukhari). Ada beberapa pelajaran berharga dari hadis ini. Pertama, berhijrah. Jika selama ini tidak tepat waktu shalat, mulai hari ini shalat tepat waktu. Dilanjutkan dengan evaluasi penggunaan waktu, untuk apa saja waktu itu kita gunakan selama ini. Waktu sebaiknya digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT, kemudian bekerja dan berkarya menurut kemampuan kita masing-masing.
Jika selama ini waktu masih dipergunakan untuk hal yang tidak baik atau tidak bermanfaat, hendaknya segera kita tinggalkan atau kita jauhi,dan segera hijrah total dari perilaku buruk ini.
Kedua, mengoreksi diri atas kegagalan yang dilakukan.
Setiap orang pernah gagal, tetapi jangan gagal terus-menerus. Gagal beberapa kali untuk bangkit kembali. Kegagalan kita jadikan pelajaran yang berharga, sehingga dapat memperbaiki diri dan beramal untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Ketiga, memperbaiki hubungan dengan Allah. Apa pun yang terjadi, mulai dari bencana hingga kesulitan, tidak membuatnya berpersepsi negatif kepada Allah SWT. Semua harus dijalani untuk menjadi manusia yang berhasil, yang bisa menjalani hidup dengan penuh istiqamah.
Keempat, perbaikan sebagai makhluk sosial (hablu mina naas). Manusia pada dasarnya makhluk sosial, tidak bisa hidup individualis. Jalinan sosial atau berinteraksi dengan sesama dan saling membantu dalam kebaikan, diniatkan beribadah kepada Allah SWT. Bagaimanapun rezeki datangnya dari Allah. Tetapi, berbuat baik kepada orang lain adalah perintah Allah SWT.