Kamis, 28 September 2017

AKU MENCINTAIMU KARENA ALLAH SWT


Dalam sebuah majelis, Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, pernah ditanya: "Syekh, apakah seseorang yang mencintai karena ALLah, wajib mengatakan kepada orang yang dicintainya: "Aku mencintaimu karena ALLah?"
Syekh Albani menjawab: "Iya. Akan tetapi cinta karena Allah memiliki harga yang sangat tinggi, sedikit sekali yang mampu membayarnya. Apakah kalian mengetahui berapa harga cinta karena Allah? Siapa yang mengetahui, silakan menjawab!"
Mulailah para hadirin memberikan jawaban:
Seseorang menjawab: "Rasulullah ShallaLLahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Tujuh golongan yang ALLah menaunginya dengan naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, salah satunya dua orang yang saling mencintai karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena-Nya."
Syaikh berkata, "ini adalah perkataan yang benar pada tempatnya, tapi bukan jawaban dari pertanyaanku. Ini adalah sebagian pengertian cinta karena Allah. Adapun pertanyaanku, apakah harga yang harus dibayar oleh dua orang yang saling mencintai karena Allah, yang satu kepada yang lain? Bukan apakah balasan akhiratnya? Maksudku, aku ingin menanyakan: Apakah bukti perbuatan bila seseorang mencintai karena Allah? Karena kadang-kadang, dua orang saling mencintai, tetapi cintanya hanya tampak di luar, tidak benar-benar hakiki. Maka, apakah bukti cinta yang hakiki?"
Seseorang yang hadir menjawab lagi: "Seseorang mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya."  
Syaikh Albani berkata: "Ini adalah sifat cinta atau salah satu sifat cinta."

Seseorang menjawab lagi: "Firman ALLah Ta'ala:
(قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ)
"Katakanlah: apabila kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kalian." (QS. Ali Imran: 31)
Syaikh menjawab: "Ini adalah jawaban yang benar untuk pertanyaan yang lain."
Hadirin yang lain mencoba menjawab: "Tiga hal, yang apabila terdapat pada diri seseorang ia akan merasakan kelezatan iman, salah satunya orang yang mencintai karena Allah."
Syaikh menjawab: "Itu adalah buah dari cinta karena Allah, yaitu kelezatan iman dalam hati seseorang."
Seseorang menimpali lagi: "Firman ALLah Taala:
وَالْعَصْرِ * إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ * إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Demi Masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih, dan saling berwasiat dalamkebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran." (QS. Al-Ashr: 1-3)
Kali ini Syaikh menjawab: "Ahsanta. Benar, inilah jawabannya."
Saudaraku, mari kita renungkan perkara yang agung ini. Harga sebuah cinta karena Allah. Siapa di antara kita yang tidak mencintai orang lain? Tentu tidak ada. Setidaknya, kita pasti mencintai pasangan kita, atau anak-anak kita, atau orang tua kita, atau saudara kita. Maka apakah bukti cinta kita pada mereka?
Ternyata buktinya adalah kita menasehatinya kepada kebenaran. Terkadang mudah bagi kita memberikan segala sesuatu yang kita cintai baik berupa harta, waktu, maupun perhatian untuk orang yang kita cintai. Akan tetapi, ketika kita melihatnya melakukan kesalahan, kita diam saja, dengan alasan segan, karena dia memiliki ilmu yang lebih dari kita, atau karena takut ia menjadi marah, takut ia memutuskan hubungan, atau takut ia menjauh, dan sebagainya. Kita merasa takut kehilangannya dengan membiarkannya terjatuh pada kesalahan. Ah, ternyata bukanlah itu bukti cinta yang hakiki.
Mari kita perhatikan perkataan Syaikh selanjutnya..

"Maka, apabila benar aku mencintaimu karena Allah, selayaknya aku memberimu nasihat, demikian juga engkau menerima nasehatku dan memberiku nasehat. Cinta karena Allah memiliki harga yang sangat mahal. Cinta karena Allah adalah bagian dari keikhlasan, yaitu mengikhlaskan segalanya untuk kebaikan orang yang kita cintai, dengan memberikan nasehat. Dengan senantiasa menyuruh kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.. selalu dan selamanya." (Ustadzah liz Ummu Sholih)