Jumat, 15 November 2013

BERSYUKUR



Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu dengan orang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari, dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya. Begitu hari-hari berlalu.

Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-tiba dia kaget saat menyadari rambutnya mulai menipis dan berwarna abu-abu. “Akh... Aku sudah menua. Setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan yang berlimpah! Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana saja aku selama ini?”

Setelah berpikir panjang, si pedagang memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kesibukannya dan melihat kehidupan di luar sana. Dia berpakaian layaknya rakyat biasa dan membaur ke tempat keramaian.

“Duh, hidup begitu susah, begitu tidak adil! Kita telah bekerja dari pagi hingga sore, tetapi tetap saja miskin dan kurang,” terdengar sebagian penduduk berkeluh kesah.

Di tempat lain, dia mendengar seorang saudagar kaya; walaupun harta berlebihan, tetapi tampak sedang sibuk berkata-kata kotor dan memaki orang yang menjadi suruhannya, tampaknya dia juga tidak bahagia.

Si pedagang meneruskan perjalanannya hingga tiba di tepi sebuah hutan. Saat dia berniat untuk beristirahat sejenak di situ, tiba-tiba telinganya menangkap gerak langkah seseorang dan teriakan lantang, “Alhamdulillah.........., terima kasih….!!. Hari ini aku telah mampu menyelesaikan tugasku dengan baik. Hari ini aku telah pula makan dengan kenyang dan nikmat. Terima kasih Tuhan, Engkau telah melindungiku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu hendak beristirahat.”

Setelah tertegun beberapa saat dan menyimak suara lantang itu, si pedagang bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat seorang pemuda berbaju lusuh telentang di rerumputan. Matanya terpejam. Wajahnya begitu bersahaja.

Mendengar suara disekitarnya, dia terbangun. Dengan tersenyum dia menyapa ramah, “Hai, Pak Tua. Silahkan beristirahat disini.” Lalu Pak Tua menjawab : “Terima kasih anak muda, bolehkah aku bertanya ?” Anak muda itu menjawab dengan suara datar: “Silahkan, pak ! Silahkan!”


“Begini anak muda, apakah kerjamu setiap hari seperti ini? Tanya si pedagang.


“Tidak, Pak Tua. Menurutku, tak peduli apapun pekerjaan itu, asalkan halal. Setiap hari aku bisa bekerja dengan sebaik2nya dan pastinya aku tidak harus mengerjakan hal sama setiap hari. Aku senang, orang yang kubantu senang, orang yang membantuku juga senang, pasti Tuhan juga senang……, iya kan!? Dan akhirnya, aku perlu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua pemberianNya ini !” Setelah mendengar penjelasan anak muda tadi si pedagang menjadi terharu. Bagaimana seseorang yang hidupnya begitu sederhana, namun dia bisa merasakan kebahagiaan dalam hidupnya.



Sobatku, kenyataan dalam kehidupan ini, seperti: kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan sebesar apapun tidak menjamin rasa bahagia, apabila kita tidak pandai mensyukurinya. Bisa kita baca kisah hidup seorang penyanyi atau bintang film tenar, meski hidup bergelimang kekayaan, namun ada juga sebagai pecandu narkoba. Mereka hidup menyendiri dan kesepian di tengah keramaian penggemarnya; tidak bahagia di tengah hiruk pikuk orang-orang disekelilingnya dan konon bumi yang ditempatinya yang diperjuangkannya.

Jangan  sampai  kita menjadi budaknya materi, coy!  Bersyukur  atas  nikmat  yang  AllahSWT  berikan kepada kita. Dan berusaha memberikan  yang terbaik bagi diri kita sendiri / keluarga, lingkungan kita, dan bagi sesama. Sehingga, kita senantiasa  bisa  menikmati hidup ini penuh dengan rasa syukur, dan kebahagiaan......!! Amiin….