Rabu, 16 Februari 2011

MENELADANI NABI

Bagi kita umat nabi Muhammad SAW, kecintaan kepada nabi tentu dengan menjadikan nabi sebagai teladan dalam kehidupan kita. Keteladanan nabi Muhammad SAW bukan lantaran kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan politik kenegaraan yang begitu besar yang dimiliki nabi. Ia menjadi teladan bagi umat manusia lantaran keluhuran budi dan akhlak yang dimiliki, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suriteladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21).

Meneladani nabi berarti meneladani bagaimana nabi membangun rumah tangga yang memperoleh ridho Allah SWT. Nabi bersama istrinya Siti Khadijah selalu berusaha agar dapat mewujudkan dan membina rasa saling cinta mencintai, sayang menyayangi, hormat menghormati, selalu menjaga nama baik dan tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Nabi memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggungjawab dan kasih sayang sehingga anak-anaknya senantiasa beriman dan bertakwa, sehingga hidupnya berguna dan berbahagia.

Nabi Muhammad SAW selalu menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada orang-orang yang dipimpinnya, selalu berusaha agar persaudaraan sesama umat Islam (ukhwah Islamiyah) terwujud, sering bermusyawarah dengan para sahabat, berusaha mengikis pengaruh kebendaan dari dalam diri kaum muslimin. Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang konsekuen, teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

Nabi Muhammad SAW juga selalu berusaha memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebersihan dan keindahan tubuhnya secara Islami. Selalu membiasakan diri dengan akhlak terpuji dan menjauhkan diri dari akhlak tercela, serta giat beramal shaleh yang bermanfaat bagi umat. Sehingga Allah memuji Nabi: "Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam: 4).

Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang memiliki rasa kasih sayang yang tinggi terhadap anak-anak yatim, para fakir miskin dan orang-orang yang terlantar. Kasih sayang nabi bukan saja kepada sesama manusia, bahkan terhadap binatang dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.

Meneladani Nabi Muhammad SAW berarti meneladani keperibadian-Nya sebagai pemimpin yang dipercaya (amanah) bukan saja dari umat melainkan dari Allah. Kepemimpinan yang dipercaya (amanah) itu dicapai karena nabi senantiasa mengembangkan kepribadian yang mengedepankan sikap moral yang baik dan kejujuran (siddiq), meningkatkan keterampilan dan menyampaikan apa adanya (tabligh) dan mengembangkan kapasitas serta kecerdasan (fathanah).

Mencintai dan meneladani nabi bukan karena kita ingin menjadi nabi. Sebagai manusia yang tak sempurna, tidak selalu benar, serba terbatas, tak pernah luput dari segala kesalahan dan berbuat aniaya kepada sesama manusia, kita mencintai dan meneladani nabi karena ingin mendapat jaminan dan safaat dari nabi di hari kemudian. Wallahualam bisawab.