BLOG INI.........DIPUBLIKASIKAN SEJAK 30 JANUARI 2010..........Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar....... Astaghfirullaahal 'adzhiim, walil muslimiina wal muslimaat.....Mil ladun aadama ilaa yaumil qiyaamah......Amiin yaa rabbal alamiin.....Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.......Ya Allah, lindungilah negeri ini dari kejahatan maupun perbuatan serta persengkokolan orang-orang munafik........SEMOGA ALLAH SWT MERIDHOI AMAL & KEBAJIKAN YANG KITA LAKUKAN....AMIIN YAA RABBAL ALAMIIN...HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID.........

>

Senin, 29 Februari 2016

SIKAP SEORANG MUKMIN MENGHADAPI PERSOALAN HIDUP

Permasalahan hidup sering kali menjadi alasan seseorang untuk berputus asa. Bahkan banyak di antara mereka yang menganggap bahwa masalah adalah bencana. Tidak jarang hal ini menyebabkan manusia jauh dari Allah SWT.

Upaya penyelesaian masalah terkadang justru menjerumuskan manusia dalam kesengsaraan hidup. Beberapa diantaranya menempuh jalan pintas dan tidak diridhai Allah SWT. Misalnya dengan bunuh diri, atau mencelakai dan menyusahkan orang lain. 

Islam selalu memperingatkan penganutnya agar bersabar dalam menghadapi persoalan hidup. Agama yang di bawa Rasulullah SAW ini mengajarkan umatnya agar terhindar dari kebimbangan, kebingungan dan kegelisahan. Lantas apa sikap yang seharusnya dimiliki mukmin ketika hadapi perosalan hidup? Berikut informasi selengkapnya. 

1. Menyadari Bahwa Setiap Jiwa Ada Rizkinya
Sikap pertama yang harus dimiliki oleh kaum muslim ketika melihat persoalan hidup adalah menyadari bahwa setiap jiwa itu ada rizkinya. Mungkin kita sudah banyak mendengar apabila pada zaman jahiliyah dahulu banyak orangtua yang membunuh anaknya karena merasa tidak mampu memberikan nafkah kepada mereka. 

Hal yang sama juga kerap terjadi pada zaman sekarang. Padahal Islam telah melarang perbuatan keji yang demikian. Suatu ketika, Abdullah bin Mas’ud menemui Rasulullah, lalu bertanya. “Ya Rasulullah, apakah dosa yang paling besar? Beliau menjawab, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia yang telah menciptakanmu.”

“Kemudian apa lagi?” “Engkau membunuh anakmu karena takut ia akan makan bersamamu”. “Lalu apa lagi?” “Engkau berzina dengan istri tetanggamu” (HR. Bukhari Muslim).

Allah Ta’ala telah berfirman:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka.” (QS: al-An’am [6]: 151).

Dalam ayat yang lain Allah juga tegaskan;

”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS: al-Israa’ [17]: 31).

Ayat di atas menujukkan bahwa Allah SWT sangat menyayangi hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu Allah melarang umat manusia untuk membunuh anak-anak mereka. 

Jadi intinya sebagai kaum muslim kita tidak boleh takut miskin, sesulit apapun beban ekonomi yang sedang dihadapi. Seharusnya kita mampu menyikapinya dengan tepat sehingga dapat meningkatkan iman dan takwa kita sebagai kaum muslim. Selain itu, kita juga harus selalu bersabar dan ikhtiar di jalan Allah SWT. 


2. Mampu Memaknai Rizki
Selain memiliki sikap untuk menyadari bahwa setiap jiwa ada rezekinya, sebagai kaum muslim kita juga harus mempu memaknai rezeki itu sendiri. Jangan hanya beranggapan bahwa rezeki itu sebatas harta benda saja seperti pandangan orang-orang kafir. 

Akan tetapi, sadarilah bahwa rezeki itu mencakup semua hal yang ada didalam kehidupan manusia. Dapat berupa waktu, kesehatan, kesempatan, kecerdasan, istri, anak, orang tua, tetangga, teman, lingkungan, hujan, tanaman, hewan peliharaan dan masih banyak lagi. 

Oleh sebab itu, Allah SWT mengingatkan manusia bahwasanya nikmat (rezeki) yang telah Allah limpahkan ini sungguh tidak akan pernah bisa dihitung. Sebab, Allah telah menyediakan untuk umat manusia, apa saja yang manusia perlukan pada segala situasi dan kondisi.

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS: Ibrahim [14]: 34).

Allah memang memberikan rizki kepada semua makhluk-Nya, tetapi tidak semua mendapatkan rizki yang mulia dari-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

“Maka orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia” (QS. 22 : 50).

Terhadap ayat tersebut, Ibn Katsir mengutip pernyataan Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi. “Apabila engkau mendengar firman Allah Ta’ala (wa rizqun karim) ‘Dan rizki yang mulia,’ maka rizki yang mulia itu adalah surga.

Berdasarkan firman di atas, maka sebaik-baiknya rezeki adalah surga. Oleh karena itu, meskipun sedang menghadapi persolan hidup, kita tetap harus mengutamakan dua perkara penting yakni iman dan amal sholeh. Kedua hal inilah yang dapat mengantarkan setiap jiwa mendapatkan rezeki yang mulia. 


3. Tawakkal
Hal terakhir yang harus dilakukan muslim dalam menyikapi persolan hidup adalah dengan tawakal kepada Allah. Kita semestinya menerima segala ketetapan Allah dengan lapang dada. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizki” (QS. An-Nahl [16]: 71).

Terkait hal ini Imam Ghazali dalam kitab terakhirnya ‘Minhajul Abidin’ menegaskan bahwa setiap Muslim hendaknya memahami dengan baik bahwa rizki manusia itu telah dibagikan oleh Allah sebelum kita dilahirkan.

Apa yang dibagikan-Nya itu tidak dapat diganti dan tidak pula berubah. Apabila seorang Muslim menolak pembagian tersebut dan berharap agar diubah, maka berarti ia telah mendekati kekufuran.

Lebih lanjut, Imam Ghazali mengatakan, “Sesungguhnya apa yang ditakdirkan sebagai makanan yang engkau kunyah, maka tidak akan dikunyah oleh orang lain. Maka, makanlah bagian rizkimu itu dengan mulia, jangan engkau memakannya dengan hina”.

Karena Allah telah menetapkan rezeki kepada setiap makhluk-Nya. Maka tugas kita selanjutnya sebagai hamba adalah terus berikhtiar untuk menjemput rezeki tersebut. Terkait dengan sedikit atau banyaknya yang diperoleh maka berlapang dada dan bersyukurlah.

Sudah seharusnya kita menyerahkan semua kepada Allah dengan bertawakal setelah melakukan ikhtiar. Sebab tawakkal itu adalah indikasi keimanan paling nyata. “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS. 5 : 23).

Demikianlah sikap yang harus dimiiki umat muslim ketika menghadapi persoalan hidup. Jangan jadikan masalah hidup sebagai penghambat kita untuk bertakwa kepada Allah. Sebab pada dasarnya disetiap masalah itu, Allah senantiasa memberikan jalan keluar kepada hamba-Nya yang mau berusaha.

Senin, 22 Februari 2016

AL-QUR'AN SURAT ASH-SHARH (MELAPANGKAN)

Fase kehidupan tidak melulu bercerita tentang kelancaran dan kelapangan hidup. Allah SWT sudah mempersiapkan batuan terjal berupa ujian sebagai bentuk kenaikan kelas untuk hamba-Nya.

Tidak sedikit diantara kita yang mampu melakoni setiap babak ujian yang disiapkan Allah. Namun, yang akhirnya menyerah kalah tidak berdaya juga terbilang banyak. Pada kondisi inilah manusia merasa berada pada titik terendah dalam hidupnya.

Berbagi cerita kesedihan mungkin menjadi salah satu alternatif pengobat keputusasaan. Namun ada baiknya anda mulai menyelesaikan masalah dengan Alquran. Ayat berikut menjadi pelipur lara jika tengah berputus asa. Kandungannya membuat kita kembali bersemangat jalani hidup. Surat apa yang dimaksud? Berikut ringkasannya.

Alquran memang menjadi obat bagi semua permasalahan hidup. Termasuk saat manusia dengan sikap berputus asa. Allah SWT sudah mempersiapkan ayat yang bisa dibaca dan kandungannya membuat takjub. 

Ayat tersebut terdapat dalam Surat Ash-Sharh ayat 1-8. Surat ini merupakan surat ke-94 dalam  Alquran. yang diturunkan di kota Mekkah dan  memiliki arti kelapangan dada. Surat ini turun  sebagai penghubur bagi Rasulullah SAW yang kala itu mengalami beratnya berdakwah di tengah-tengah umatnya yang pembangkang.

Namun Allah SWT dengan kasih sayangnya mengingatkan Rasulullah SAW dengan ayat-ayat dalam surat ini. Maka dari itu, ketika merasa putus asa dan sedih, ingatlah firman Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui Surat Al Insyiroh tersebut. Berikut surat Ash-Sharh 1-8 yang bisa anda baca dan cerna serta mengamalkannya dalam kehidupan. 

  1. “Alam nasyrah laka shadrak”( Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?) 
  2. “Wawadha'naa 'anka wizrak” (dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu)
  3. “Alladzii anqadha zhahrak” (yang memberatkan punggungmu?)
  4. "Warafa'naa laka dzikrak” (Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu)
  5. “Fa-inna ma'a l'usri yusraa” (Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan)
  6. “Inna ma'a l'usri yusraa” (sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan)
  7. “Fa-idzaa faraghta fanshab”  (Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,)
  8. “Wa-ilaa rabbika farghab” (dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap)
Sejatinya, kesusahan dan kepedihan yang dialami manusia biasa, tidak sebanding dengan ujian yang dihadapi oleh para Nabi. Mereka melalui ujian begitu dasyat sebagai salah satu fase memperoleh derajat tertinggi di sisi Allah. Itulah mengapa, seharusnya kita tidak berputus asa dan terus berusaha. Karena kabar baiknya, Allah selalu memberikan hikmah dibalik permasalahan yang dialami.

“(Orang yang paling keras ujiannya adalah) para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, berkata Syeikh Al-Albany: Hasan Shahih)

Allah SWT sudah menjelaskan dalam firman-Nya dalam surat Al Insyiroh di atas, bahwa ujian yang diberikan kepada hamba-Nya, selalu disertai dengan kemudahan. Bahkan Allah sampai mengulanginya kalimat” sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”hingga dua kali. 

Itu artinya kita tidak boleh langsung suudzon terhadap apa yang menimpa saat ini. Karena dibalik ujian yang diberikan tersebut sudah satu paket dengan jawaban serta penyelesaiannya. Manusia hanya tinggal berusaha mencari jawaban, dan menjauhkan diri dari sikap berputus asa. Semoga artikel ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca (WS).

Jumat, 19 Februari 2016

BELAJAR AGAMA UNTUK MEMPEROLEH KETENANGAN JIWA

Kita hidup didunia tentu ingin meraih, apa yang disebut dengan ketenangan jiwa. Meskipun mencari dengan mengeluarkan biaya besar. Sehingga ada yang mencarinya lewat lantunan musik. Ada yang mencarinya lewat night club. Ada yang mencarinya di berbagai tempat rekreasi di pinggir pantai. Apakah mereka dapat ketenangan jiwa sebenarnya?
Jawabannya adalah tidak, bro !!! Itu ketenangan hanya semu. Ketenangan hakiki hanya didapati dengan iman. Ketenangan seperti itu didapati hanya dalam majelis ilmu syar’i.
Cobalah rasakan ketenangan lewat majelis ilmu kala Al-Qur’an disenandungkan, kala hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disuarakan. Silakan rasakan kenikmatan yang berbeda.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699)
 Ada empat keutamaan yang disebutkan bagi orang yang duduk di rumah Allah dan mempelajari kitab Allah:
 Pertama: Meraih ketenangan.
Sebagaimana disebutkan saat dibacakan surat Al-Kahfi. Disebutan oleh Al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata,
بَيْنَمَا رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – يَقْرَأُ ، وَفَرَسٌ لَهُ مَرْبُوطٌ فِى الدَّارِ ، فَجَعَلَ يَنْفِرُ ، فَخَرَجَ الرَّجُلُ فَنَظَرَ فَلَمْ يَرَ شَيْئًا ، وَجَعَلَ يَنْفِرُ ، فَلَمَّا أَصْبَحَ ذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ »
“Ada seseorang yang sedang membaca (surat Al-Kahfi). Di sisinya terdapat seekor kuda yang diikat di rumah. Lantas kuda tersebut lari. Pria tersebut lantas keluar dan melihat-lihat ternyata ia tidak melihat apa pun. Kuda tadi ternyata memang pergi lari. Ketika datang pagi hari, peristiwa tadi diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda, “Ketenangan itu datang karena Al-Qur’an.” (HR. Bukhari, no. 4839 dan Muslim, no. 795)
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Itulah yang menunjukkan keutamaan membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an itulah sebab turunnya rahmat dan hadirnya malaikat. Hadits itu juga mengandung pelajaran tentang keutamaan mendengar Al-Qur’an.” (Syarh Shahih Muslim, 6: 74)
Kedua: Akan dinaungi rahmat Allah.
Dalam Al-Qur’an juga disebutkan,
إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)
Dalam hadits Salman, ada yang berdzikir pada Allah, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat ketika itu, beliau pun bersabda, “
مَا كُنْتُمْ تَقُوْلُوْنَ ؟ فَإِنِّي رَأَيْتُ الرَّحْمَةَ تَنْزِلُ عَلَيْكُمْ ، فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُشَارِكَكُمْ فِيْهَا
Apa yang kalian ucapkan? Sungguh aku melihat rahmat turun di tengah-tengah kalian. Aku sangat suka sekali bergabung dalam majelis semacam itu.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 1: 122. Al-Hakim menshahihkannya dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi).

Ketiga: Malaikat akan mengelilingi majelis ilmu.
Tanda bahwasanya malaikat ridha dan suka pada orang-orang yang berada dalam majelis ilmu.
وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.” (HR. Abu Daud, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223; At-Tirmidzi, no. 2682. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits inidha’if. Sedangkan Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini). Maksudnya, para malaikat benar-benar menghormati para penuntut ilmu. Atau maksudnya pula malaikat turun dan ikut dalam majelis ilmu. (Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 493)
Keempat: Akan disebut oleh Allah di sisi makhluk-makhluk mulia.
Coba kalau kita di dunia ini disanjung-sanjung di hadapan presiden atau tokok terkemuka, kita pasti merasa seperti berada di atas. Pujian bagi penuntut ilmu lebih dari itu. Karena mereka disanjung-sanjung di hadapan makhluk yang mulia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِى فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلإٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلإٍ خَيْرٍ مِنْهُ
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku pada-Ku. Aku bersamanya kala ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, maka aku akan menyebut-nyebutnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu.” (HR. Muslim, no. 2675)
Tak inginkah kita mendapatkan ketenangan jiwa dan keutamaan seperti dikemukakan dalam hadits di atas. Cobalah meraihnya dalam majelis ilmu syar’i, bukan pada majelis warung kopi, bukan majelis yang penuh dengan kesia-siaan.
Semoga Allah SWT memberi petunjuk dan memberkahi kita, agar selalu dalam kebaikan. Amiin yaa rabbal alamiin..!! (MAT).

Senin, 15 Februari 2016

TIPE-TIPE KEPRIBADIAN MANUSIA

Menurut William Marstontipe kepribadian seseorang dapat diketahui berdasarkan observasi terhadap pola perilaku  yang ditampilkannya. Tipe kepribadian tersebut terdiri atas tipe: dominant, inspiring, supportive, dan cautious. Tiap tipe kepribadian tersebut menggambarkan paduan dari dimensi gaya hubungan dengan orang lain, yaitu peramah (outgoing) atau pendiam (reserved) dan dimensi prioritas, yaitu berorientasi terhadap tugas (task-oriented) atau berorientasi terhadap orang (people-oriented). Hal ini divisualisasikan dalam tabel di bawah ini:
William Marston, tipe kepribadian
OUTGOING
TASK ORIENTEDDIPEOPLE ORIENTED
CS
RESERVED
Gambar Paduan Gaya Hubungan yang menunjukkan Tipe Kepribadian:
  • Tipe D (Dominant) merupakan perpaduan Outgoing dan Task-oriented.
  • Tipe I (Inspiring) merupakan perpaduan Outgoing dan People-oriented
  • Tipe S (Supportive) merupakan perpaduan Reserved dan People-oriented
  • Tipe C (Cautious) merupakan perpaduan Reserved dan Task-oriented
Rincian karakteristik dari tiap-tiap tipe kepribadian tersebut adalah sebagai berikut:
A. TIPE “DOMINANT”
Kata-kata penjelasDominan (dominant), pengatur (direct), penuntut/banyak permintaan (demanding), tegas (decisive), tekun (determined), pelaku (doer)
Mind-setLakukan! Wujudkan! Raih kemenangan! Hasil!
Hal yang disukai
Kegiatan, Kompetisi, Kerja keras, Melakukan sesuatu, Tantangan, Mendapatkan hasil, Menjadi pimpinan, Menyelesaikan tugas-tugas
Mereka adalah orang yangGoal-oriented, tidak mudah puas, percaya diri, tabah, tekun, menyadari pentingnya prestasi
Dimotivasi olehTantangan, pilihan, pengendalian
Lingkungan yang dibutuhkanKebebasan, kewenangan, kegiatan yang bervariasi, kesempatan berkembang
Gaya komunikasiKomunikasi lugas/terus terang
KelemahanKurang sensitif terhadap orang lain, kurang bisa santai, kurang sabar.
B. TIPE “INSPIRING”
Kata-kata penjelasBersemangat (inspiring), berpengaruh (influencing), penting (important), interaktif (interactive), mengesankan (impressive), berminat pada hubungan dengan orang lain (interrested in people)
Mind-setJadi bintang pertunjukan; bersenang-senang dan gembira!
Hal yang disukaiMempengaruhi orang lain, rencana jangka pendek, membuat orang tertawa, melakukan banyak hal/kegiatan, berbincang-bincang dengan orang lain, prestise, dipandang penting.
Mereka adalah orang yangBanyak bicara, pandai memulai hubungan, menyenangkan, cenderung membesar-besarkan, mudah gembira, senang menonton.
Dimotivasi olehPenghargaan, persetujuan, popularitas
Lingkungan yang dibutuhkanPrestise, hubungan persahabatan, kesempatan untuk mempengaruhi orang lain, Kesempatan untuk mengilhami orang lain, kesempatan untuk mengemukakan ide.
Gaya komunikasiBersahabat dan komunikasi informal
KelemahanKurang bisa mengelola waktu, kurang realistis, kurang mendengarkan orang lain, kurang memperhatikan penyelesaian tugas
C. TIPE “SUPPORTIVE”
Kata-kata penjelasPendukung (supportive), kokoh (steady), tabah/teguh hati (stable), ramah (sweet), peka (sensitive), sentimentil (sentimental)
Mind-setNetral. Bergaullah dengan semua orang. Tidak ada konflik.
Hal yang disukaiPerdamaian, harmoni, ketenteraman hati, kelompok persahabatan, kerja tim, menolong orang lain, kerjasama.
Mereka adalah orang yangBeorientasi kelompok (teamoriented), bersahabat, kooperatif, teman setia, peka terhadap kebutuhan orang lain, mau memahami dan menerima orang lain
Dimotivasi olehKeamanan, penghargaan, kepastian/jaminan (assurance)
Lingkungan yang dibutuhkanWilayah khusus (specialization), identifikasi dengan kelompok, pola kerja yang mapan, situasi yang stabil, lingkungan yang konsisten
Gaya komunikasiKomunikasi yag hangat, terbuka, tulus.
KelemahanSulit bila harus menghadapi perubahan, tidak mampu mengatakan “Tidak”, sulit bertindak bebas/independen
C. TIPE “CAUTIOUS”
Kata-kata penjelasHati-hati (cautious), penuh perhitungan (calculating), mampu (competent), konsisten (consistent), pemikir (contemplative), teliti (careful)
Mind-setKerjakan sesuatu dengan benar dan sempurna. Apa rencananya? Sudahkah mempertimbangkan segala sesuatunya? Apa tujuan sesungguhnya? Mengapa?
Hal yang disukaiKonsistensi, kerja hebat, mengerjakan dengan tepat, informasi/data, nilai (value), kualitas, segala sesuatu berjalan dengan benar, ada perencanaan, prosedur, kejujuran.
Mereka adalah orang yangBerorientasi pada prosedur (procedureoriented), mengabdikan diri pada tugas, terfokus pada detail, logis, akurat, menaruh rasa hormat (respectful)
Dimotivasi olehJawaban berkualitas, keunggulan, nilai (value)
Lingkungan yang dibutuhkanTugas yang ditentukan dengan jelas, sumber daya dan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas, bebas untuk mengajukan pertanyaan, resiko terbatas, tugas yang membutuhkan perencanaan dan ketepatan
Gaya komunikasiKomunikasi yang logis, tepat, dan detail.
KelemahanAnalisis berlebihan (overanalizyng), kurang mampu menepati deadline, perfeksionis, kurang mampu mengekspresikan perasaan, kurang memperhatikan pentingnya perasaan orang lain.

TIME IS SWORD