BLOG INI.........DIPUBLIKASIKAN SEJAK 30 JANUARI 2010..........Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar....... Astaghfirullaahal 'adzhiim, walil muslimiina wal muslimaat.....Mil ladun aadama ilaa yaumil qiyaamah......Amiin yaa rabbal alamiin.....Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.......Ya Allah, lindungilah negeri ini dari kejahatan maupun perbuatan serta persengkokolan orang-orang munafik........SEMOGA ALLAH SWT MERIDHOI AMAL & KEBAJIKAN YANG KITA LAKUKAN....AMIIN YAA RABBAL ALAMIIN...HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID.........

>

Selasa, 29 April 2014

HAKEKAT KAYA DAN MISKIN


Siapakah Orang yang Kaya dan Miskin itu?

Hakekat kaya menurut pandangan kita tentu sangat berbeda jika dibandingkan pandangan suri tauladan kita Nabi Muhammad Shallahu'alaihi wassalam. Bagi kita mungkin orang kaya adalah orang yang memiliki harta yang banyak nan melimpah, dan begitu juga dengan si miskin, menuruk kita adalah mereka yang kekurangan harta untuk kehidupannya sehari-hari.

Akan tetapi pada dasarnya, bukanlah harta dan kekuasaan yang menjadi tolak ukur orang itu disebut kaya ataupun miskin. tetapi sebutan si Miskin dan Si Kaya sebenarnya adalah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam salah satu haditsnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan/kecukupan (dalam) jiwa (hati).”(HR. al-Bukhari No. 6081 dan Muslim No. 1051) 

Bukanlah kekayaan yang hakiki (dirasakan) dengan banyaknya harta, karena banyak orang yang Allah jadikan hartanya berlimpah tidak merasa cukup dengan pemberian Allah tersebut, sehingga dia selalu bekerja keras untuk menambah hartanya dan dia tidak peduli dari mana pun harta tersebut berasal (dari cara yang halal atau haram). Maka (dengan ini) dia seperti orang yang sangat miskin karena (sifatnya) yang sangat rakus. Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan (dalam) jiwa (hati), yaitu orang yang merasa cukup, qana’ah dan ridha dengan rezeki yang Allah limpahkan kepadanya, sehingga dia tidak (terlalu) berambisi untuk menambah harta (karena dia telah merasa cukup) dan tidak ngotot mengejarnya, maka dia seperti orang kaya.” (Kitab Tuhfatul ahwadzi, (7/35)


Semoga ulasan singkat ini memberikan kita kesadaran untuk senantiasa bersyukur atas karunia dan rahmat yang telah Allah berikan kepada kita (Solusi Islam).

Selasa, 15 April 2014

MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH


Pertama, Perkawinan adalah Amanat Allah SWT, maka jagalah amanat Allah itu sekuat-kuatnya dan seteguh-teguhnya, karena setan akan berusaha dengan seribu satu macam cara untuk menghancurkan perkawinan tersebut.

Inilah ujian terberat dalam kehidupan, menjaga amanah Allah SWT dalam bentuk perkawinan, dan ini memang tidak mudah, banyak sekali orang yang gagal mempertahankannya, karena setan terus saja menggoda pasangan suami istri untuk terjerumus kedalam lembah yang hina dina, yang ujung-ujungnya perceraian.



Maka sering dijumpai pasangan suami istri terus saja digoda atau tergoda oleh lingkungan disekitarnya, baik yang berada dalam dunia nyata ataupun dunia maya, ini banyak terjadi gara-gara jaringan social, FB, Twitter dan lain sebagainya, suami istri bisa bubar. Setan memang punyak banyak sekali cara agar suami istri pecah berantakan.

Itulah sebabnya pertolongan Allah SWT harus terus menerus dipanjatkan kepadaNya, karena tanpa pertolonganNya pasangan suami istri tidak bertahan lama, bisa bubar di tengah jalan, dan itu tak pandang usia perkawinan, tak ada jaminan yang sudah bertahun-tahun terus langgeng.

Kedua, Perkawinan adalah Sunnah RasulNya yang harus diikuti yang harus diikuti perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap keutuhan rumah tangga, demi terciptanya panji-panji Illahi.

Perkara yang satu inipun tak mudah, memang sunnah rosulullah, namun kerena persoalan kehidupan yang terkadang rumit dari segi ekonomi, social, budaya dan lain sebagainya, banyak orang yang tak sempat menjalankannya, bahkan ada yang sampai akhir hayatnya tetap membujang, bukan tak mau menjalankannya, namun berbagai factor menghambatnya menuju kepelaminan.

Maka bagi yang sudah berumah tangga, yang sudah menjalankan sunnah rasulNya harus terus menerus dipelihara, lagi-lagi setan berada di sekeliling rumah tangga tersebut, prahara yang terjadi pada sebuah rumah tangga adalah sesuatu yang sangat disukai oleh setan laknatullah, semakin tak bahagia sebuah rumah tangga, setan semakin senang, karena dalam rumah tangga yang tak bahagia adalah pintu terbesar yang dapat dimasuki oleh setan untuk menghancurkan rumah tangga tersebut, maka waspadalah.

Ketiga,  Perkawinan adalah bahtera rumah tangga yang melaju di samudera kehidupan yang sangat luas, mengarungi ombak kehidupan menuju Pantai Illahi Robbi yang penuh ridho dan diridhoiNya.

Perkara yang ketiga inipun, bukan main susahnya, menuju Pantai Illahi Robbi, pantai yang penuh dengan kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, penuh ridho dan ampunanNya, bagi sebuah rumah tangga di zaman yang kata orang zaman edan ini, sangat besar sekali godaannya, dan repotnya godaan tersebut ada di sepanjang jalan kehidupan rumah tangga, bila tak pandai-pandai meniti buih di tengah gelombang lautan  kehidupan ini, bisa saja biduk rumah tangga hancur berantakan ditimpa badai yang dasyat.

Pantai Illahi Robbi adalah tempat yang sarat dengan ujian, cobaan, rintangan, halangan dan lain sebagainya, ini harus dilalui oleh pasangan suami istri, yang dari awalnya memang sudah beda, baik watak, sipat, kelakuan, gaya bicara dan lain sebagainya. Maka bila yang ditonjolkan adalah perbedaannya, ini biang komplik! Yang dicari adalah persamaan-persamaan, betapapun kecilnya.

Tidak mudah memang, namun bukan berarti tidak bisa! Niat yang tulus ikhlas dalam berumah tangga adalah kunci utama atau perahu yang kokoh untuk terus berlayar dalam lautan yang luas menuju pantai kebahagiaan yang telah disediakan bagi suami istri yang sholeh dan sholeha, bagi suami istri yang beriman dan bertaqwa kepadaNya dan terus menerus menjaganya sampai akhir hayat.

Kempat, Perkawinan adalah simpul yang sangat kuat, karena diikat langsung oleh Kalimat Illahi yang mengikat dua hati, dua jiwa menjadi satu dalam bahtera rumah tangga, dimana sang suami menjadi kepala rumah tangga dan sang istri mendampinginya.

Dengan kalimat Illahi suami istri yang tadinya dua manusia yang berbeda satu sama lain, diikat atau disatukan dalam rumah tangga, dengan demikian ikatan ini tak sembarangan, karena ikatannya berupa dua kalimat syahadat yang diucapkan saat ada ijab Kabul diantara keduanya. Dengan ikatan syahadat ini suami istri selalu diingatkan untuk terus menerus memperbaharui keimanan masing-masing.

Karena keimanan seperti gerak gelombang, kadang naik, kadang turun, ini memang menjadi ciri keimanan manusia kebanyakan. Keimanan malaikat stabil, lurus terus. Keimanan para rosul naik terus, sedangkan keimanan setan turun terus. Jadi keimanan manusia, dalam hal ini suami istri,  berada diantara keimanan yang penuh dengan gerak, dan gerak itu bisa turun dan bisa naik.

Untuk itulah sepasang suami istri harus terus menerus saling mengingatkan satu sama lain, agar ikatan perkawinan tersebut tidak putus di tengah jalan. Untuk itu bila terlihat keimanan suami agar kendor, sang istri wajib mengingatkan, begitu juga sebaliknya bila keimana istri merosok karena cobaan atau ujian, sang suami wajib mengingatkan. Jadi kunci saling mengingatkan diantara suami istri itu penting.

Kelima,  Perkawinan adalah Taman Illahi, tempat berbagi, bercerita, bercengkrama, bercinta dan berkasih sayang antara suami istri dengan penuh keikhlasan, kesabaran, ketabahan dan kebenaran.

Di Taman Illahi ini, taman yang dibangun berupa rumah tangga ini, adalah tempat yang paling indah dalam kehidupan di dunia, karena tak ada kecantikan dunia yang dapat mengalahkan istri yang sholeha. Nah istri yang sholeha bila berada dalam rumah tangga yang sakinah,  mawadah, warokhmah merupakan taman yang sangat indah, yang membuat suami kerasan tinggal di dalamnya.

Taman Illahi ini memang tak sembarangan, taman ini menjadi indah bila diisi oleh suami istri dan anak yang semua tunduk dan taqwa kepada Allah SWT. Rumah tangga yang penuh denga rasa kasih saying, saling cintai mencintai,  penuh dengan keikhlasan dan kesabaran, maka dengan sendirinya taman itu telah terbentuk. Dan uniknya taman ini bukan karena kekayaan harta benda, tapi kaya dengan hati yang lapang.

Harta bukan segalanya, namun bagi suami istri yang dapat mengisi taman-taman tersebut dengan penuh senyum, tawa, berbagi dan saling nasehat menasehati dalam kesabaran, maka harta bukan satu-satunya factor kebahagiaan.

Keenam, Perkawinan adalah Karunia Illahi yang diberikan kepada mereka yang mau berbagi kepada sesamanya dalam suka maupun duka, dan yang berusaha menekan egonya sendiri demi kebahagiaan bersama.

Karunia Illahi ini benar-benar terasa bagi sepasang suami istri, karena orang-orang yang beriman bila melakukan pernikahan separuh agamanya telah selamat, dan ini karunia yang sangat besar yang telah diberikan pada sepasang suami istri. Karena memang tak semua orang mendapatkan karunia yang besar ini.

Hebatnya lagi karunia Allah SWT ini nampak nyata saat melakukan kewajiban suami istri dan itu mendapat pahala! Coba itu, melakukan kewajiban suami istri itu dapat pahala, surga dunia itu diberikan pada sepasang suami istri, halal dan berkah! Dan hal tersebut tak dapat dilakukan oleh orang-orang yang masih bujangan, jangan lupa yang halal.

Ketujuh, Perkawinan adalah Lembaga Illahi yang menaungi jiwa raga suami, istri dan anak, demi terwujud keluarga yang sakinah, keluarga yang penuh ridho dan ampunanNya, keluarga yang penuh lindungan dan rakhmatNya.

Yang terakhir ini merupakan lembaga yang sangat baik untuk membina insan-insan yang muncul pada keluarga, karena keluarga adalah lembaga social terkecil, namun yang paling utama dan pertama untuk mendidik anak-anak sebagai generasi masa depan, yang  bukan hanya meneruskan terjadinya regenerasi dalam rumah tangga, juga regenerasi bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama.

Dengan demikian lembaga Illahi yang telah terbentuk dalam sebuah rumah tangga harus terus menerus dijaga keutuhannya, karena dalam rumah tangga inilah amanah Allah di berikan kepada sepasang suami istri. Amanah Allah ini harus dijaga, dipelihara agar tetap di jalan yang dirihoiNya. Jalan yang penuh ridho dan ampunanNya. (Diposting ulang dari eramuslimdotcom)

Kamis, 10 April 2014

MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN DENGAN SHADAQOH

Seorang Syekh yang alim lagi berjalan-jalan santai bersama salah seorang di antara murid-muridnya di sebuah taman. Di tengah-tengah asyik berjalan sambil bercerita, keduanya melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh. Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya.


Sang murid melihat kepada syekhnya sambil berujar: “Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di belakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, ia akan kehilangannya. Kita lihat bagaimana dia kaget dan cemas!”


Syekh yang alim dan bijak itu menjawab: “Ananda, tidak pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang miskin. Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu coba memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya, kemudian kamu saksikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu”.


Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. Dia langsung saja berjalan dan memasukkan beberapa lembar uang ke dalam sepatu tukang kebun itu. Setelah itu ia bersembunyi di balik semak-semak bersama gurunya sambil mengintip apa yang akan terjadi dengan tukang kebun. 

Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia berjalan menuju tempat sepatunya ia tinggalkan sebelum bekerja. Ketika ia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, ia menjadi terperanjat, karena ada sesuatu di dalamnya. Saat ia keluarkan ternyata…....uang.
Dia memeriksa sepatu yang satunya lagi, ternyata juga berisi uang.
Dia memandangi uang itu berulang-ulang, seolah-olah ia tidak percaya dengan penglihatannya.
Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru ia tidak melihat seorangpun.
Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak dengan suara tinggi, seolah-olah ia bicara kepada Allah:
“Aku bersyukur kepada-Mu wahai Tuhan. Wahai Yang Maha Tahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan. Mereka belum mendapatkan makanan hari ini. Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan istriku dari celaka”.
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari Allah Yang Maha Pemurah. Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat ia bendung.


Ketika itu Syekh yang bijak tersebut memasukkan pelajaran kepada muridnya:
“Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?”


Sang murid menjawab:


“Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru paham makna kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku: “Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil”.
 
Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam:
  • Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas dendam adalah suatu pemberian.
  • Mendo’akan temanmu di belakangnya (tanpa sepengatahuannya) itu adalah suatu pemberian.
  • Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka buruk darinya juga suatu pemberian.
  • Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di belakangnya adalah pemberian lagi.

Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja. Jadikanlah semua ini pelajaran, saudaraku !! (Solusi Islam)

TIPS AGAR SHALAT KITA KHUSYU'

Dalam shalat, kita dituntut untuk mendirikannya dengan khusyu’. Sebab dengan khusyu dalam shalat, amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT, terhapus dosa-dosa kita, dan segala perilaku dan ucapan kita terjaga dari kemungkaran dan kefasikan.

Khusyu' juga menjadi bukti keikhlasan. Karena hanya mereka yang ikhlas ibadah karena Allah dan sholat karenaNya yang dapat melakukan khusyu' secara sempurna. Tanpa keikhlasan, maka seseorang hanya melakukan kekhusyu'an palsu atau yang sering disebut kekhusyu'an dusta.

Lalu bagaimana caranya agar mudah khusyu' dalam shalat?

Pertama: Menghadirkan Hati.

Menghadirkan hati maksudnya adalah disaat kita sedang sholat maka saat itu sedang bermunajat, sedang berdiri berhadapan langsung dengan Sang Maha Kuasa, berdialog tanpa batas apapun. Maka dalam keadaan seperti itu yakinlah bahwa Allah sedang melihat, memperhatikan dan mengawasi gerak-gerik sholat kita. Benarkah sholat kita, dengan bacaan yang benar atau penuh dengan kesalahan dan lain sebagainya.

Maka alangkah bodohnya kita, jika kita sedang berhadapan langsung seperti itu, kita tidak merasa takut, atau bergetar dengan keberadaanNya dihadapan kita.

Kedua: Saat itu adalah sholat yang terakhir.

Agar semakin khusyu’ anggaplah bahwa sholat tersebut sholat yang terakhir kali kita lakukan, karena bisa jadi usai shalat Allah mencabut nyawa kita. atau bayangkan, disaat kita sedang mengambil wudhu tiba-tiba datang malaikat maut menghampiri kita dan mengabarkan kita, bahwa usai sholat nanti dia akan mencabut nyawa kita. Subhanallah…bagaimanaka shalat kita saat itu? Shalat dengan penuh kekhusyuan atau shalat dengan main-main? Tentu kita akan sholat dengan sekhusyu’-khusyu’nya.

Ketiga: Tuma’ninah dan tidak tergesa-gesa dalam shalat.

Tuma’ninah atau keadaan tenang dan juga tidak tergesa-gesa juga merupakan cara agar shalat kita khusyu’. Sebab dengan ketenangan kita akan bisa focus dengan bacaan dan juga gerakan dalam shalat. Oleh karena itu, sebelum kita bertakbir memulai shalat, lebih dulu kita tinggalkan segala perkara duniawi, bisa jadi disaat kita sedang shalat, namun kita tergesar-gesa karena memikirkan masalah dunia (masakan, makanan, hp facebook dll) yang bisa merusak kekhusyukan kita dalam shalat.

Keempat: Tadabbur ayat-ayat  dan dzikir-dzikir yang dibaca dalam shalat

Cara keempat ini sangat penting untuk kita latih dan diterapkan saat shalat. Karena dengan mentadabburi ayat dan dzikir yang kita baca, maka kita akan semakin mudah untuk menggapai kekhusyuan dalam shalat. Banyak sekali orang yang hafal bacaan sholat, namun sangat sedikit sekali yang faham dan mengerti bacaan tersebut. Silahkan menghafal bacaan shalat, tapi lebih baiknya lagi kita mampu meresapi maknanya. Sehingga pemahaman makna akan menambah ketenangan jiwa dan akan memberi dampak baik disaat sedang shalat atau disaat kita membaca surat lainnya dalam Al-Quran.

Kelima: Tartil dan memperbagus suara dalam membaca Al Quran.

Allah SWT memerintahkan kita untuk tartil disaat membaca Al Quran, terlebih lagi bacaan tersebut kita baca diwaktu shalat. Begitu juga kita dianjurkan untuk memperindah suara kita agar imam maupun makmum dalam shalat jamaah bisa tenang dan akhirnya mendapatkan kekhusyuan. Sebaliknya, jika kita tergesa dalam membaca atau tidak tartil, dari segi suara bacaan juga ‘disayangkan’. Maka hal tersebut tidak membuat kita khusyu’ namun malah mengganggu dalam shalat.

Keenam: Arahkan pandangan hanya ditempat sujud

Janganlah kita mengarahkan pandangan kita selain ke tempat sujud, sebab hal tersebut akan mengganggu kekhusyukan kita dalam shalat. Bahkan terdapat larangan dalam hadits untuk melihat ke atas disaat kita shalat, begitu juga memalingkan seluruh atau sebagian badan kita karena bisa membatalkan shalat kita, lantaran telah merubah qiblat disaat sedang shalat.

Ketujuh: Hindari segala hal yang bisa menyibukkan saat sedang shalat.

Seperti penggunaan alat-alat elektronik (handphone, tv, , penggunaan pakaian yang kurang pas, serta hal-hal lainnya yang bisa mengganggu kita dalam shalat. Maka hal-hal tersebut harus kita hindari agar shalat kita senantiasa terjaga dan tidak merusak kekhusyukan disaat sedang shalat.

Demikianlah tips agar kita khusyu dalam menjalankan shalat lima waktu. Dengan menerapkan tips tersebut, Allah SWT meridhoi shalat kita, dan senantiasa memberi pengaruh yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari. Amiin........(Solusi Islam)

Senin, 07 April 2014

ORANG YANG DIRINDUKAN SURGA

Setiap manusia tentu mengharapkan kebahagiaan yang hakiki,atau kebahagiaan yang sesungguhnya, bukan kebahagiaan semu (kebahagiaan sementara) seperti didunia ini. Marilah kita raih kebahagiaan yang abadi itu dengan berbuat baik kepada sesama, menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya. Siapa sih yang tidak ingin masuk surga ? (Apa ada orang dimuka bumi ini yang tidak ingin masuk surga??) Kamu tentu juga rindu masuk surga, kan?! Maka dari itu coba kamu simak sabda Rasullulah, bahwa ada 4 (empat) golongan orang yang dirindukan oleh Surga, yaitu :

1.  Orang yang Rajin membaca Al Qur'an. Membacar Al Qur'an adalah salah satu amalan yang utama, karena Rosulullah pernah bersabda Setiap huruf dari Al Qur'an yang kita baca membawa pahala tersendiri, selain itu juga dikatakan bahwa nanti Al Qur'an akan datang sebagai saksi amal kita di Yaumul Hisab. Selain membaca tentu juga mempelajari isi dan mengamalkannya merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap pribadi muslim.

2. Orang yang selalu menjaga lisannya. Lisan merupakan salah satu indera kita yang bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan. Dengan selalu menjaga agar lisan kita hanya mengatakan hal-hal yang baik, digunakan untuk membaca Al Qur'an, untuk memuji-Nya, untuk berdoa kepada-Nya, untuk memberi nasehat yang bermanfaat kepada orang lain, Insya Allah kita akan termasuk golongan yang dirindukan oleh Syurga.

3.   Orang yang memberi makan kepada orang lain yang kelaparan. Ini juga merupakan salah satu amalan yang utama, karena pertolongan Allah akan datang kepada hamba yang memberi pertolongan kepada saudaranya  yang membutuhkan pertolongan.

4.  Orang yang berpuasa Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Berpuasa Ramadhan adalah salah satu ibadah utama bahkan merupakan salah satu Rukun Islam. Berpuasa tidak hanya menahan tidak makan dan minum saja, namun juga menjaga panca indera kita dari melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Bahkan tidak hanya itu, berpuasa juga menuntut kita meninggalkan perkataan dan perbuatan yang sia sia. Insya Allah jika kita berpuasa Ramadhan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, derajat Taqwa akan kita peroleh yang balasannya adalah Surganya Allah SWT.

Itulah empat golongan orang yang dirindukan oleh Surga. Dan mari kita berlomba untuk menjadi orang-orang yang dirindukan oleh Surga tersebut karena kehidupan dan kebahagiaan yang sejati adalah dialam akherat bukan di dunia yang sementara ini. Wassalam…..

TIME IS SWORD